OPINI By
Tama Laka AQUITA
Mengamati konstelasi politik di Timor-Leste menjelang pemilihan presiden dan pemilihan legislative 2012 mendatang dengan berbagai isu-isu politik yang berkembang dalam masyarakat membuat ketakutan akan mempengaruhi stabilitas keamanan dalam negeri, dengan adanya berbagai kepentingan politik dan ekonomi baik dari dalam maupun dari luar negeri. |
Dengan
begitu banyak persoalan yang dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat dengan adanya
indikasi korupsi kolusi dan nepotisme, yang merajalelah diberbagai instansi
pemerintahan AMP, yang saat ini telah menjadi bahan cerita dalam
masyarakat. Demikian juga persoalan negosiasi minyak dan gas yang mengarah ke
penarikan pipeline dari “Greater Sunrise” ke Timor-Leste serta bebarapa produk
hukum yang diajukan oleh pemerintahan pertama yang diskriminatif dalam
membangun kehidupan ekonimi rakyat, yaitu; persoalan undang-undang perburuhan
dan undang-undang santunan seumur hidup.
Semua
persoalan itu akan menguji kedewasaan dan kesadaran politik kepemimpinan
politik bangsa kita dan menguji patriotisme dan nasionalisme para pemimpin dan
pengambil kebijakan dalam hal membela kepentingan nasional bangsa. Dengan
begitu banyak partai politik yang akan mengikuti pemilu 2012 mendatang,
kepemimpinan politik partai akan diuji dalam penyelengaraan kampanye politik
pemilu 2012 ketika mereka menyampaikan pidato politik mereka dalam mencari
solusi bagi setiap persoalan yang dihadapi oleh bangsa ini persoalan social
masyarakat.
Tahun
2012 merupakan periode yang sangat menentukan bagi stabilitas keamanan dan
perdamaian dalam kehidupan berbangsa dan Negara dengan berakhirnya misi UNMIT
dalam campurtangan stabilitas keamanan nasional. Dalam hal ini secara politis rakyat
telah diuji oleh berbagai permasalah baik itu pertikain elit partai
politik yang ada, dan kesadaran berpolitik demi mempertahankan partai
masing-masing tampa mempertimbangkan kepentingan bersama. Sepanjang dua
periode rakyat telah diuji dalam pemilu yang lalu antara 2002 dan 2007. Untuk
menjamin perdamaian dan stabilitas keamanan dalam negeri maka pemimpin partai
politik dituntut untuk mematuhi aturan-aturan hukum yang telah diatur dalam
konstitusi RDTL tentang Pemilihan Umum dan para pemimpin harus memahami fungsi
dan tujuan organisasi partai politik itu sendiri.
Namun
stabilitas keamanan dalam negeri bukan saja dilhat dari kedewasaan berpolitik
dalam kepemimpinan partai, akan tetapi harus didasari oleh landasan dan pijakan
organisasi partai itu sendiri secara riil. Demikian juga stabilitas
keamanan nasional dapat terpengaruhi oleh konspirasi terselubung dari
kepentingan politik asing, salah satunya adalah menyangkut proses negosiasi
minyak dan gas “Greater Sun Rise “. Selain persoalan-persoalan tersebut diatas
persoalan pengangguran di Negara kita memcapai tingkat dimana pengangguran itu
bukan saja orang-orang yang tidak sekolah atau tidak mampu sekolah melainkan
sarjana sekali pun sampai saat ini masih belum mendapatkan pekerjaan yang
tetap. Persoalan ini yang akan menjadi persoalan social dan ancaman yang sangat
dasyat dan dapat mempengaruhi ketidak-stabilan keamanan dalam negeri.
Oleh
karena kepentingan politik asing dalam konstelasi politik nasional begitu
menjadi primadona dan prioritas yang seakan-akan kepentingan asing menjadi
keutamaan kepentingan asing itu sendiri ketimbang kepentingan nasional secara
menyeluruh. Selain itu, adanya pembagian kue pembangunan yang controversial
antara pelaku sejarah dan saksi sejarah dalam pemenuhan kepentingan nasional
dengan jargon-jargon stabilidade nasional, padahal kalau dicermati secara
kasat mata kepentingan nasional tidak mutlak dan atau menjadi harga mati bagi
kepentingan luar negeri apalagi untuk kepentingan asing dalam berbagai kebijakan
nasional.
Alasan-alasan
lain yang selalu sering diungkapkan oleh pemimpin negeri ini seakan
menjadi harga mati demi kepentingan nasional itu sendiri, tanpa disadari bahwa
sesungguhnya kepentingan luar negeri adalah untk kepentingan luar negeri itu
sendiri, bukan dibalut dengan alasan-alasan kepentingan nasional demi
mewujudkan tujuan dan kepentigan luar negeri. Kepentingan nasional adalah
penting dan tanpa kompromis, karena keutuhan dan unidade nasional serta demi
kesejahteraan dalam pemerataan dan kemakmuran yang berkeadilan menjadi
satu-satunya perekat kepentingan nasional, tanpa itu maka tidak akan ada dan
bahkan tidak akan termimpikan dalam perjuangan pencapain kemerdekaan nasional
secara utuh dan lengkap berdasarkan cita-cita bersama dalam perjuangan kemerdekan
nasional.
Namun
kenyatan kini menjadi sebuah isapan jempol semata, akibat dari ketidak
konsistennya para pemimpin negri dari awal dimulainya tabung revolusi sampai
saat ini, tidak adanya persatuan dan kesepahaman konsep “kaer kuda talin rasik”
diantara para actor pembebasan nasional ibarat punggung merindukan bulan. Hal
ini muncul akibat dari pertikaian yang sebenarnya tidak perlu terjadi kalau
para pemimpin negeri ini mau dan iklas mengakui kelebihan dan kekurangan
masing-masing dan meniggalkan rasa egoisme dan arogansi diantara satu
dengan yang lain demi kepentingan nasional yang seutuhnya, maka apalah jadinya
negeri buaya dalam kisah cerita sejarah negeri ini? Apalah jadinya negeri ini
kalau semua penghuni dan pemimpin negeri ini saling memahami dalam konteks “ita
mesak ida deik na’an ida deik” seperti kisah dalam sejarah jauh sebelum
negeri ini dijajah oleh bangsa portugis dan dianeksasi oleh bangsa imperilaisme
Javanese.
Semuanya
kini seakan menjadi kisah cerita potongan-potongan dari kitab sejarah yang
hilang terbakar akibat pembumi-hanggusan oleh milisi sejak awal-mulainya
invasi sampai akhir penarikan milisi dan pasukan dari negeri ini, ketika tahun
pembebasan nasionalnya dikumandangkan, sehingga potongan sejarah negeri pun
seakan menjadi pendek dan seukuran sisa potongan kuku para manipulator dan para
pengkianatan terhadap pelaku dan saksi serta kisah sejarah itu sendiri. Seperti
kebanyakan teori mengatakan dan menunjukan kepada kita bahwa sejarah adalah
aksi sebuah bangsa yang tidak boleh mati, namun apa yang terjadi dengan sejarah
negeri ini? Bukankah sejarah adalah bagian aksi bangsa dan negeri ini yang
tidak boleh dimatikan oleh siapapun apalagi oleh bangsa lain! Lalu kenapa kaum
bangsa sendiri meniadakan aksi sejarah bangsa ini, dan seakan sejarah diri dan
kaumnya lebih baik dan bermakna ketimbang yang lain? Bukankah negeri ini
didirikan diatas tengkorak para Heroi? Tidakkah negeri ini dibangun diatas
lautan air mata dan kubikan darah para pejuangnya? Ataukah karena negeri ini
adalah negeri gagal menurut konsep orang asing yang buas? Ataukah
demikian karena negeri ini hanyalah sekilas kisah sejarah negeri buaya
dalam kisah cerita sejarah Timor leste?
Penulis
sengaja membiarkan pertanyaan diatas kepada kita semua, untuk menghayati dan
menyadari bahwa stabilitas keamanan Negara kita ada ditangan kita segenap
komponen bangsa. Untuk dapat memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut diatas
sesuai dengan hati nurani kita. Agar ketika dikemudian hari kita menghadapi
setiap persoalan yang muncul, dengan sengaja atau tidak sengaja, atau ketika
kita menghadapi setiap persoalan muncul dari hasil operasi konspiratif
terselubung dari kekuatan operasi intelegen asing tidak dengan muda
terpengaruhi oleh hasutan-hasutan yang mengarah ke ketidakstabilan keamanan
Nasional. Saatnya kita harus merenungkan kembali setiap persoalan yang telah
kita hadapi selama mengisi kemerdekaan, saatnya kita harus bersatu dalam
Unidade, Accao, Progresso e Igualidade sebagai landasan ideologis Negara.
Posted
by TEMPO SEMANAL dan STL
No comments:
Post a Comment