Saturday, 8 June 2013

Memahami ideology politik dalam perjuangan pembebasan Rakyat.



"Di masa sekarang Marxisme adalah teori yang penting sekali artinya: kurang lebih sepertiga dari dunia kita sekarang merupakan masyarakat yang berdasarkan ideologi marxisme… selain dari itu sebagian besar dari gerakan-gerakan kaum buruh di Eropa dan Asia berupa partai-partai politik dan serikat sekerja yang berpegang pada ajaran-ajaran marxisme."
Sejak saya masih ‘usia belasan tahun’ pertama kali belajar kenal dengan teori Marxisme dari mulutnya Shalar Kossi yang waktu itu sebagai Sekjen AST (Asosiasi Sosialis Timor) yang saat itu berafiliasi dengan FREITILIN). Sampai memahamikan sendiri teori itu dengan membaca banyak-banyak buku Marxisme dari semua corak, serta bekerja aktive dalam perjuangan kemerdekaan melalui kegiatan politik dibawa bandera AST, dan kegiatan militer langsung dibawa garis komando Kay Rala Xanana Gusmao melalui Brigada Negra sebuah pasukan khusus yang dibentuk oleh Kay Rala Xanana Gusmao dan penasehat politik militernya Shalar Kossi FF.
Ketika saya ditangkap dan dipenjarakan dengan hukuman 20 tahun, waktu itu saya baru berusia 20 tahun, setelah menjalani hukuman dua tahun penjara saya melarikan diri dari penjara Balide, sebuah penjara tua yang dikenal dengan nama “Cel Maubutar” dan bergabung Frente Armada FALINTIL Regiao III, di Frente Armada saya mengatakan kepada Komandan FALUR RATE LEAK bahwa setelah Merdeka saya tidak bisa masuk Forca Armada karena saya termasuk salah seorang bagian dari sejarah perubahan AST ke PST, sampai sekarang saya masih aktif sebagai aktifis PST.
Karena Manifesto Politik PST/doktrin PST telah mengajarkan saya bahwa kemerdekaan yang sebenarnya bukanlah akhir dari perjuangan kita mencapai kemerdekaan, kemerdekaan hanyalah sebuah jembatan menuju suatu perjuangan baru dalam mengisi kemerdekaan. Dengan demikian dalam perjuangan baru tersebut-bagi saya teori Marxisme Sosialisme adalah satu-satunya teori yang saya anggap competent buat memecahkan soal-soal sejarah, soal-soal politik, soal-soal kemasyarakatan. Marxisme itulah yang membuat saya punya nasionalisme berlainan dengan nasionalismenya nasionalis timorense yang lain, dan Marxisme itulah yang membuat saya dari dulu benci kepada fasisme.....
Dulu saya suka membaca buku-buka Marxisme; kini marxisme telah menjadi bagian dari saya punya kepuasan jiwa. Tetapi bagaimanakah akurnya Marxisme itu dengan ajaran agama katolik yang juga mengisi saya punya jiwa? Tidakkah orang berkata, bahwa agama dan Marxisme itu seteru-bebuyutan satu sama lain, mengingkari satu sama lain dan membantah satu sama lain? Buat orang lain, barangkali begitu! Tetap buat saya, maka Marxisme dan ajaran kristen dapatlah berjabatan tangan satu sama lain didalam satu sintese yang lebih tinggi. Buat saya agama dan ajaran katolik satu ajaran agama yang rasionil , satu ajaaran agama yang bersandar kepada kemerdekaan akal , yang berbeda setinggi langit dengan ajaran agama-agama yang lain. .... Saya punya faham tentang agama katolik itu adalah satu faham yang merdeka, -- begitu merdeka, sehingga sering tabrakan dengan fahamnya orang-orang katolik yang lain !!
Apakah Marxisme itu? Orang mengatakan Marxisme adalah seolah-olah ‘satu agama sendiri’, orang mengatakan dia satu star systeem pula, orang malah mengatakan dia semacam satu hocus-pocus yang dikira bisa dipakai buat menyelami semua dalam-dalamnya roh dan jiwa, -- pada hal dia hanyalah satu metode saja untuk memecahkan soal-soal ekonomi, sejarah, politik, dan kemasyarakatan, atau ilmu–perjuangan didalam hal ekonomi, politik, kemasyarakatan. Suatu metode berfikir dan sesuatu ilmu – perjuangan tidak mesti harus bertentangan dengan sesuatu agama, apalagi kalau agama itu adalah agama rasionil seperti yang saya visikan itu.
Jika pada zaman pimpinan Ir. Soekarno di Indonesia pernah menangapi pembelotan Ir. Baars yang bekas sosialis-komunis akhirnya menjadi orang yang anti sosialis-komunis maka hari ini saya ingin mengutip kata-kata mantan presiden republic indonesia;
“.........Bung karno mengatakan Mereka sekarang bukan saja anti-komunisme, tetapi juga anti-sosialisme, dan juga anti-marxisme dalam umumnya. Bung Karno menulis, untuk adilnya kita punya hukuman terhadap pada ‘prakteknya’ faham Marxisme itu, maka haruslah kita ingat, bahwa ‘failliet’ dan ‘kalang-kabut’nya negeri Russia itu adalah dipercepat pula oleh penutupan atau blokade oleh semua negeri-negeri musuhnya; dipercepat pula oleh hantaman dan serangan pada empat belas tempat oleh musuh-musuhnya sebagai Inggeris, Perancis dan jenderal-jenderal Koltchak, Denikin, Yudenitch dan Wrangel; dipercepat pula oleh anti-propaganda yang dilakukan oleh hampir semua surat-kabar di seluruh dunia.....”
“......Bahwa sekarang ini oleh pengalaman-pengalamannya dari negeri Russia,China,Vietnam telah menunjukan kepada kita yang menganut ideology Marxis-Leninis bahwa marxisme-sosialisme bukanlah sebuah dogma, marxisme sosialisme bagi kita adalah sebuah ilmu yang harus ditelaah, dipelajari dan digunakan sebagai senjata analisis kita menghadapi perkembangan dunia dan kondisi dimana kita hidup.....”
Walaupun berkali-kali dalam tulisan maupun kampanye terselubung oleh orang-orang yang mengatakan diri intelektual muda dan para peminpin dibeberapa partai politik di Timor-Leste terhadap PST dengan memperingatkan, janganlah mendekati sosialisme dan komunisme; berkali-kali mereka mengatakan, bahwa apa yang dialami di Russia itu hanyalah kekalutan dan kesengsaraan saja, bahwa ideology Marxis Leninins yang sekarang dianut oleh PST adalah sudah kadaluarsa. Sebagai generasi muda saya tidak percaya dengan kampanye dan tulisan mereka itu. Saya menilai penilaiaan mereka sebagai orang-orang yang mengatakan diri mereka intelektual itu adalah untuk membodohi rakyat mereka sendiri dan mengelabuhi rakyat miskin akan suatu ideology yang akan mengarahkan rakyat miskin berjuang untuk suatu kebenaran hidup diatas bumi ini. Mereka adalah para kaki tangan imperealis yang dapat saja mengunakan segala cara untuk membodohi rakyat miskin akan tetapi mereka tidak dapat membohoni suatu kebenaran, yaitu suatu kebenaran hidup rakyat yang sebenarnya. Ketika rakyat kita telah sadar secara organisatoris ketika itu rakyat kita sadar akan ketidakadilan dalam demokrasi ekonomi.
Kepada kawan-kawanku yang memahami dan mengilhami pemikiran kiri yang revolusioner kekuatan kita yang sebenarnya adalah kekuatan rakyat yang terorganisir secara organisatoris dalam sebuah partai politik dengan konsep ideology yang jelas. PST telah berdiri hamper 21 tahun lebih. Partisipasi kita sebelum dan sesudah kemerdekaan telah menunjukkan komitment kita akan suatu perjuangan ideologis. “ketika partai kita masih kecil kita tidak diperhitungkan tetapi komitment kita, keyakinan politik ideologis kita membangkitkan semangat rakyat kita akan kebesaran ide-ide kita dalam mengisi kemerdekaan Timor-Leste. karena konsep dan metode yang gunakan untuk mengorganisir rakyat akan keyakinan mereka akan segala sesuatu yang mereka ada; Perkebunan, ladang kopi dan Sawah, pertanian dan peternakan merupakan kekayaan mereka untuk suatu kebenaran hidup.
Dengan kesadaran dan keterlibatan kita untuk mengorganisir rakyat secara organisatoris dengan konsep politik ideologis yang jelas, tidak akan ada kekuatan apapun didunia ini yang dapat menghancurkan kekuatan suara hati nurani dan tindakan rakyat untuk menentang ketidakadilan ekonomi social dan politik yang kita hadapi adalah suatu kebenaran yang tidak dapat dibohongi. Oleh karena itu tuntutan “Tanah untuk Petani, Pabrik untuk Buruh dan Saham untuk Buruh” merupakan suatu yang adil dalam kehidupan umat manusia.
Sekarang Bagaimanakah sikap kita, kaum nasionalis Timor-Leste terhadap sosialisme atau komunisme itu pada umumnya? Sosialisme, sosial-demokrasi, komunisme adalah suatu reaksi, suatu faham perlawanan terhadap pada kapitalisme, suatu faham-perlawanan yang dilahirkan oleh kapitalisme itu juga. Ia adalah anaknya kapitalisme, tetapi ia adalah pula suatu kekuatan yang mencoba menghancurkan kapitalisme itu juga. Ia tidak bisa berada dalam suatu negeri, dimana kapitalisme belum berdiri, dan ia tentu ada suatu negeri, jikalau negeri itu mempunyai aturan kemodalan, ia tentu ada suatu negeri, jikalau negeri itu susunan-pergaulan hidupnya ada kapitalistis. Jika Nasionalisme kita tidak diringi oleh suatu ideology politik yang jelas maka nasionalisme itu adalah semu.
Dan apa yang akan terjadi dimasa-masa mendatang dalam perjuangan politik ideologis kita? Dalam perjuangan kita untuk merubah system politik yang penuh dengan ketidakadilan perjuangan untuk sosialisme itu merupakan suatu perjuangan yang panjang, membutuhkan konsistensi, komitment kita dan pergorbangan kita demi tercapainya suatu kehidupan yang layak bagi rakyat kita. Sejarah dunia telah menunjukan para pejuang orang-orang kiri didunia diperangi sehebat-hebatnya atau ditindas sekeras-kerasnya, walaupun pengikut-pengikutnya dibui, dibuang, digantung atau dibagaimanakan juga; walaupun oleh penindasan yang keras dan pemerangan yang hebat ia kadang-kadang seolah-olah bisa binasa dan tersapu sama sekali, maka tiada henti-hentinya ia muncul lagi dinegeri yang kapitalistis, tiada henti-hentinyalah ia membikin gemparnya kaum yang dimusuhinya, menyatakan diri didalam riwayat dunia, seperti apa yang telah terjadi ditahun 1848, ditahun 1871, ditahun 1905 dan ditahun 1917, -- tiada henti-hentinya ia memperingatkan juru-riwayat yang menulis tambonya negeri-negeri Perancis, Jerman, Inggeris, Rusia, Amerika...
Bagaimana perjuangan kita dinegeri tumpah-darah kita? Perjuangan kita untuk sosialisme pun tak akan hindar dari pada jurusan-jurusan atau tendensi-tendensi yang dilalui oleh negeri-negeri lain. Timor-Leste pun tak akan hindar dari pada sosio-ekonomi predestinasi, yang juga sudah menjadi nasibnya negeri-negeri Asia yang lain, tak akan bisa hindar dari pada keharusan-keharusan yang sudah pula menetapkan jalan-jalannya susunan pergaulan hidup negeri-negeri lain, yakni keharusan-keharusannya hukum evolusi , artinya: Timor-Leste juga akan menaiki semua tingkat-tingkat susunan pergaulan hidup yang sudah dinaiki oleh negeri-negeri itu, -- Timor-Leste juga akan meninggalkan tingkat susunan-pergaulan hidup yang sekarang ini, dan akan naik keatas tingkat susunan pergaulan-hidup yang kemudian, masuk kealam zaman kepabrikan, masuk kedalam zaman kapitalisme yang sebenar-benarnya, sebagaimana yang sekarang memang sudah kentara adanya, Timor-Leste oleh karena itu juga tak luput mengenali ‘pengikutnya’ kapitalisme itu, suatu pergerakan yang berazaskan sosialisme atau komunisme, sebagaimana yang memang sudah kita alamkan permulaannya pula.....”
Mengapa demikian? Itu karena kebijakan politik oleh mereka yang takut akan suatu Ideologi politik kiri, dan system politik yang diterapkan oleh pemerintah pertama dan pemerintah AMP mengarahkan bangsa kita menuju suatu pergaulan kehidupan yang sedemikian rupa. Suatu pergaulan hidup yang lebih mengarahkan kehidupan kita yang penuh dengan sikap kolektivisme menuju kearah individualisme atau sangat kapitalistik.
Untuk merubah semuanya itu hanya ada satu kata yaitu bersatu kita menyatakan bahwa kemerdekaan yang sebenarnya hanyalah sebuah jembatan emas, bukanlah akhir dari segala-galanya dalam perjuangan kita, revolusi kita yang sebenarnya adalah setelah mencapai kemerdekaan itu sendiri. Karena bangsa kita harus dirubah mentalitasnya yang telah dipengaruhi oleh system politik yang kapitalistik, generasi kita diarahkan untuk menjadi malas dengan kondisi-kondisi ketergantungan yang diciptakan.

No comments:

Post a Comment