Saturday, 8 June 2013

Di Kuburan Santa Cruz bersama Saudoso Pai-Zitu alias Sarleu




Pada pagi hari yang cerah dengan sinar matahari dan awan yang terang serta udara yang segar di pagi hari dan diiringi juga dengan hembusan angin di pagi hari, ketika itu, bendera nasional RDTL dikibarkan di atas Capela yang berada ditengah kuburan Santa Cruz. Pengibaran bendera tersebut bertepatan dengan hari jadinya FALINTIL yang ke 15, yang jatuh pada 20 Agustus 1990. Seperti kebiasaan umat Katolik di Timor-Leste selalu mengikuti misa ritual bagi para arwah di kuburan pada setiap hari senin pagi.
 
Tak seorangpun yang tahu tentang siapa yang mengibarkan bendera nasional tersebut. Entah itu adalah sebuah trik dari para intel-intel yang dengan sengaja mengibarkan bendera tersebut agar dapat memancing kawan kawan seperti Pai-Zitu yang saat itu sedang bersembunyi untuk keluar dari persembunyian atau pengibaran bendera nasional itu hanya memprovokasi situasi.
 
Waktu itu saya sedang berada di rumah, rumah saya berada dibelakang taman makam pahlawan (kuburan untuk Tentara Nasional Indonesia) yang berhadapan dengan kuburan Santa Cruz, Pai-Zitu yang waktu itu bersembunyi dirumah pastor di Externato de Sao Jose.
 
Pai-Zitu sebenarnya adalah salah satu dari kawan lama yang waktu itu sedang dicari oleh polisi dan TNI (ABRI-SGI), karena keterlibatannya dalam demonstrasi di Hotel Tourismo ketika kunjungan Kedubes America dari Jakarta, dan demonstrasi ketika kunjungan Paus Yohanes II pada 12 Oktober 1989.
 
PAI-ZITU sebenarnya adalah anak dari mantan anggota DPRD bapak Frederico Almeida yang juga adalah pendiri APODETI. Ketika kami sedang berbincang-bincang, Pai-Zitu memotret Bendera Nasional yang dipasang diatas Capela tersebut.
 
Beberapa saat kemudian datanglah sebuah mobil Patroli GARNISUN dari KORAMIL Dili dan dua motor yang dikendarai oleh dua anggota SGI (Satuan Gabungan Intelegen) mereka datang dan langsung menuju ke Capela tersebut untuk menurunkan bendera nasional tersebut. Namun kawan Pai-Zitu terus memotret mereka dan akhirnya kami dikejar oleh para GARNISUN dan SGI tersebut karena mereka telah mengetahui yang memotret mereka adalah PAI-ZITU yang selama itu mereka cari. Dan Pai-Zitu menyerahkan kamera tersebut kepada saya untuk membawa lari dan saya pun terus berlari. Ketika saya terus berlari para tentara patroli berteriak;
 
“hey berikan kamera itu kepada kami”
 
Namun saya tidak peduli dengan teriakan mereka dan terus berlari dan para tentara yang berpatroli tersebut melepaskan tembakan ke arah saya. Akan tetapi peluru tersebut hanya melewati punggung saya dan menyentuh diatas aspal. Ketika itu semua orang yang berada disana serta keluarga yang menyaksikan kejadian tersebut dan tahu bahwa saya telah mengalami luka akibat tembakan tersebut.
 
Mereka hanya berdoa dan berharap saya akan kembali dengan keadaan baik. Ketika saya kembali ke rumah pada sore hari dalam keadaan baik dan tidak ada luka sedikit pun. Kejadian itu merupakan perpisahan dan pertemuan saya yang terakhir dengan kawan Pai-Zitu. Setelah kejadian tersebut Pai-Zitu akhirnya melarikan diri ke hutan bergabung dengan FALINTIL.
 
Saya mengenal Pai-Zitu ketika setelah demonstrasi pertama menyambut kunjungan Dubes AS di hotel Tourismo setelah aksi tersebut Pai-Zitu termasuk beberapa teman yang ditangkap karena melampiaskan kemarahannya terhadap para anggota TNI yang sedang berpatroli dengan memaki dan menunjukkan jari tangannya terhadap para TNI.
 
Namun ketika itu, Pai-Zitu bersama Marcio dan Janio Mau mean(Lobato) ditangkap oleh polisi namun setelah beberapa hari Marcio dan Janio Lobato dibebaskan dan pai-Zitu masih ditahan di Polwil lama (Mercado lama). Ketika itu memasuki aksi hari kedua Pai-Zitu yang melihat kita sedang berpawai itu melarikan diri dan bergabung dengan para demonstran yang sedang melakukan longmarch keliling kota Dili.
 
Longmarch tersebut berakhir dengan damai di Licedere didepan patung Bunda Maria do Rosario. Waktu itu pemimpin tertinggi militer Indonesia di Timor Leste dipimpin oleh Brigjen Rudolf Warrou, seorang perwira tinggi TNI yang sangat religious.
 
Namun tidak lama kemudian Rudolf Warou diganti dengan Brigjen Theo Safei, seorang perwira tinggi TNI yang berasal dari Pulau Sumatra. Dengan pergantian tersebut operasi intelegen ditingkatkan dengan nama SGI dan operasi GARNIZUN oleh KODIM di tiadakan. Dan kemudian muncul organisasi pemuda penegak integrasi seperti GADAPAKSI, dan Pemuda Pancasila yang dikomandani oleh Ahmad Alkatiri (Adik Kandung Marie Alktiri).
 
Selain pendirian organisasi penegak Integrasi melalui pemuda pancasila bekerja sama dengan sebuah yayasan yang dipimpin oleh anak presiden Soeharto Sitihardyanti Rukmana mulai melakukan program pengiriman tenaga kerja ke pulau-pulau di Indonesia. Banyak pemuda Timor-Leste yang dikirim ke pulau-pulau di Indonesia itu dengan tujuan utama untuk mengurangi pemuda di Timor-Leste dan sebagai upaya untuk menjinakkan kekuatan pemuda agar tidak terlibat dengan kegiatan klandestin di kota.
 
Pai-zitu adalah sosok seorang pemuda yang berani dan juga sebagai inspirator bagi semua pemuda Timor-Leste yang lahir dan dibesarkan di masa pendudukan militar Indonesia. Keberanian dan semangat juang hidupnya mengubah pergaulan hidup semua teman-teman yang dekat dengan Pai-Zitu.
 
Gaya hidup Pai-Zitu tidak seperti anak-anak pejabat integrasionis yang lain. Gaya hidup Pai-Zitu adalah seperti seorang Gerilyawan yang bergerilya di kota. Dari gaya hidup Pai-Zitu saya mulai belajar banyak tentang bagaimana berperilaku sebagai seorang aktivis dan bagaimana bersikap terhadap sesama teman pada waktu itu. Seperti kata Pai-Zitu ketika berkunjung kerumah saya dan berbincang-bincang dengan ayah saya;
 
“Generasi kami adalah generasi yang berjuang dengan tangan bersih, karena itu kami harus bersatu dalam setiap aksi tanpa melihat latarbelakang orang tua kami”. Bagi kami tidak ada perbedaan antara Portugal dan Indonesia, kolonialisme adalah tetap kolonialisme, dan kolonialisme itu adalah merupakan pemecah-belah”.
 
(Geracao ida ami nian ne lao hamutuk tamba ami nian liman mos, tamba ne mak ami hamutuk iha accao saida deit hasoru inimigo lahare ba aman sira pasado hodi luta hasoru kolonialismo foun nebe iha ita nian rain Pai-Zitu repete liafuan kolonialismo sempre kolonialismo. Kolonialismo mak divisionismo)
 
Pai-zitu(saraleu) sebagai contoh bagi kita generasi muda dengan semangat juang dan spirit nasionalisme dan patriotismenya terhadap bangsa dan tanah-air tidak melihat pada masa lalu generasi tua kita, Pai-Zitu sebagai geneasi muda telah memberikan kita suatu pelajaran akan persatuan kita sebagai generasi muda harus bersatu dalam perjuangan untuk berjuang mengakhiri penindasan yang dilakukan oleh kolonialisme baru diatas tanah-air kita menuju pembebasan nasional bangsa kita.

SAYA ADALAH TERDAKWA TERAKHIR DARI REGIM MILITER INDONESIA

   “cepat atau lambat setiap bangsa yang ditindas pasti akan memperoleh kemerdekaannya itu adalah hukum sejarah yang tidak dapat dipungkiri”

Sumber Gatra di Kepolisian Resort Dili menceritakan bahwa Constancio Dos Santos alias AQUITA terlihat tak gentar ketika diinterogasi. Ia tak ragu-ragu mengatakan bahwa bahan peledak itu akan digunakan untuk merebut kemerdekaan Timor Timur.

 
 
Saya dilahirkan disebuah pegunungan di Bazartete bagian barat dari kota Dili empat bulan setelah invasi pendudukan militer Indonesia, pada 22 April 1976. Ayah saya adalah seorang Polisi Militer-pada zaman Portugis, dan Ibu saya adalah seorang guru di sebuah desa bernama Caibada di Kota Baucau. Ketika masih kecil selama dua tahun sepuluh bulan saya bersama orang tua saya mengungsi ke hutan karena para pasukan TNI telah menguasai seluruh Kota Liquica dan Bazartete.
Pada bulan September 1979 Ibu saya bersama saya (masih bayi) menyerahkan diri kepada Tentara Nasional Indonesia setelah tiga tahun lima bulan berada di hutan akibat dari penyerangan dan penyerbuan Tentara Nasional Indonesia terhadap bangsa dan Tanah air Timor Leste. (Menurut cerita ibu saya waktu itu antara tahun 1975 sampai 1978 kami masih bertahan membuat perkebunan komunal yang dilakukan oleh FALINTIL dan rakyat. Namun karena tentara Indonesia semakin meningkatan operasi mereka di daerah Bazartete, Leorema, Nasuta dan Lebaloa. Pada Bulan September 1979 kami kehabisan makanan dan kehabisan air minum dan obat-obatan. Ibu saya waktu itu sudah tidak menyusui saya dengan air susu ibu tapi hanya dengan memberikan air jeruk kepada saya untuk bertahan hidup. Ibu bersama saya menyerahkan diri kepada militer Indonesia di District Liquica). Setelah itu pada bulan Desember setelah kematian Presiden Nicolau Lobato pada tanggal 31 ayah saya pun ikut menyerah diri kepada Tentara Indonesia pada Desember 1979.
Setelah kami berkumpul kembali kami berangkat ke Dili. Waktu itu saya berumur tiga tahun sesampainya di Dili empat bulan kemudian orang tua saya mnyerahkan saya kepada adik dari ayah saya, dan saya dibawa ke kota Baucau pada bulan mei 1980. Karena ayah saya juga adalah seorang komandan dari pasukan regular FALINTIL yang harus menjalani Tahanan rumah wajib lapor kepada TNI selama 6 tahun dari tahun 1980 sampai 1986. Waktu itu saya baru berumur empat tahun, saya dititipkan ke kota baucau bersama paman dan tante saya bernama Fransico Saldanha(Almarhum)dan Juleta Saldanha(almarhuma) kami tinggal di sebuah desa bernama Bruma. Menurut cerita ibu saya bahwa penitipan saya kepada paman saya karena ketika itu bapa baptis saya bernama Leopoldino Soriano ingin membawa saya ke Portugal namun karena saya dilahirkan dan dibesarkan dalam pertempuran antara Tentara Invasi Indonesia dan Pasukan FALINTIL yang dipimpim oleh ayah saya di bagian barat, ayah saya memutuskan agar saya tetap tinggal Timor-Leste untuk mengikut proses perjuangan FRETILIN menuju kemerdekaan dengan menitipkan saya ke paman saya di Baucau.
Paman saya adalah kepala sekolah di sebuah sekolah dasar di desa tersebut, disana didesa Bruma saya mulai belajar menulis dan membaca. Tiga tahun (1980-1983) saya tinggal bersama paman saya di desa Bruma bagian timur kota Baucau saya menyaksikan beberapa kejadian seperti penangkapan terhadap warga sipil oleh TNI. Satu hal yang membuat saya mulai mengetahui dan mengerti tentang semua kejadian yang terjadi adalah ketika saya bersama paman saya dan keluraga di desa Bruma mulai mengali lubang bawa tanah pada malam hari. Pengalian lubang bawa tanah itu untuk dijadikan tempat persembunyian guna mengantisipasi jika terjadi kontak senjata antara TNI dan FALINTIL.
Pada tahun akhir 1983 saya kembali ke Dili dan tinggal bersama orang tua saya di Dili, ketika itu Ibu saya telah kembali bekerja sebagai guru di sebuah sekolah dasar Dili, dan saya pun melanjutan sekolah dasar di tempat dimana ibu saya mengajar. Setelah menyelesaikan SD pada tahun 1989 saya melanjutkan SMP di Extarnato de Sao Jose sebuah sekolah peningalan Portugis di Dili. Dari sekolah tersebut saya mulai merasa lebih dekat dengan gerakan klandistin karena disekolah tersebut kami di ajarkan sejarah perjuangan dan bagaimana melibatkan diri dalam gerakan klandistin. Semua itu berlangsung di dalam gedung Extarnato de Sao Jose. Disekolah tersebut saya hanya menyelesaikan terceiro ano lectivo (SMP), namun sekolah tersebut ditutup pada tahun 1992, karena sekolah tersebut mendapat tekanan dari pemerintah Indonesia sebagai sekolah yang selalu memimpin aksi demonstrasi dikota Dili. Dan saya bersama beberapa teman harus melanjutkan SMA di SMA 17 Juli Glenu distrik Ermera.
Ketika itu telah ada kontak dengan para gerilywan FALINTIL yang dipimpin Ernesto Fernandez di Distrik Ermera, dengan jaringan yang telah dibangun dengan para gerilyawan FALINTIL saya tidak memikirkan masadepan saya, saya lebih memikirkan perjuangan menuju kemerdekaan dari pada keinginan pribadi. Hal itu yang terjadi terhadap semua generasi muda Timor-Leste yang aktif dalam klandistin melalui sel-sel organisasi, kami tidak peduli akan kehilangan pendidikan kami semangat juang dan keberanian untuk memberikan segalanya demi perjuangan kemerdekaan bahkan nyawa sekalipun kami tidak peduli. Karena kami yakin bahwa kematian kami akan membawa kemenangan bangsa Maubere yang telah dijajah selama 450 tahun menderita dibawa kolonilis Portugis tidak harus dan tidak boleh diganti dengan kolonialis baru.
Dengan semangat juang yang begitu membara generasi muda sebagai penerus perjuangan terus mengkonsolidasikan diri dalam organisasi klandistin dalam setiap aksi dengan segala cara agar dapat membentuk opini nasional maupun internasional melalui aksi demonstrasi menghadapi setiap kunjungan delegasi asing atau para jornalis yang dating mengunujugi Timor-Leste.
Tahun 1989 adalah tahun kebangkitan kembali generasi muda dan rakyat Timor Leste. Kebangkitan itu adalah merupakan keberhasilan dari jaringan klandistin yang dibangun guna memobilisir semua pemuda dan rakyat Maubere bersatu menuju aksi. Waktu itu saya masih berumur tiga belas tahun, dengan usia belasan tahun itu saya mulai mengenal aksi demonstrasi dan mengenal nama organisasi pemuda dalam pergerakan klandistin yaitu organ nomor 8 dan organisasi pemuda OJECTIL, aksi demonstrasi itu digerakan untuk menentang pendudukan Militer Indonesia selama sepuluh tahun atas Timor-Leste. Dalam rangka menyambut kedatangan Kedubes Amerika Serikat dari Jakarta yang berkunjung ke Dili selama beberapa hari.
Aksi demonstrasi tersebut merupakan aksi terbesar pertama dikota setelah insureksi yang dinamakan Movimento Libertacao Timor Dili (MLTD) pada tanggal 10 juni 1980 yang mengakibatkan beberapa pemuda dan rakyat terutama yang tinggal pesisir kota Dili dekat pegunungan ditangkap dan dipenjara dan ada yang dihilangkan.
Demonstrasi pertama di Dili Timor-Leste setelah 13 tahun okupasi militer Indonesia Aksi tersebut berlangsung di depan hotel Tourismo. ketika aksi damai itu sedang berlangsung secara damai beberapa kawan-kawan ditangkap oleh polisi Indonesia dan TNI (ABRI), kawan-kawan yang lain dalam pengejarkan oleh ABRI. Di depan hotel saya menyaksikan penangkapan dan pemukulan terhadap kawan-kawan yang berada di garis depan seperti Julio Mausiri dan yang lainnya. Dari penangkapan dan pemukulan terhadap kawan-kawan yang berada digaris depan mengingatkan saya ketika saya masih kecil di desa Buruma-Baucau pada 1980 sampai dengan 1983.
Dari aksi tersebut saya mulai mengenal Jose Manuel Fernandez (Nakfilak), Gregorio Saldanha, Adano (Pedro Klamar-aat), saudoso Pai-Zitu (Sereleu), Jose Sousa, Ciquito Panglima, Juliao Mausiri, Aleixo Cobra, Franscelino, Betinho Albuquerque, Deonisio da Silva, Joao Bosco Carceres, Antonio Aitahan Matak, Eusebio Busa Metan, Karlitu, Atino Breok, Apeu kuluhun (Matebian), Abilio Mesquita dan semua kawan-kawan seperjuangan yang selalu bersama di Externato de Sao Jose Balide.
Ketika itu jaringan klandestin yang dibangun oleh organ 8 dan OJECTIL di Timor-Leste dipimpin oleh Bilimau/Laloran (Nunu Corvelho) dan Comite Executivo/CE diketuai oleh Constancio Pintu dan Jose Manuel Fernandez (Nakfilak) sebagai penanggungjawab Juventude yang bertanggungjawab atas mobilisasi semua kekuatan pemuda untuk aksi demonstrasi di kota Dili. Sedangkan di Indonesia-Bali dan Jawa jaringan atau perwakilan OJECTIL yang diwakili oleh Shalar Kossi FF dan para mahasiswa telah mendirikan RENETIL sebagai organisasi mahasiswa untuk memperkuat barisan perjuangan di kalangan mahasiswa.
Pada 12 Oktober 1989 adalah kunjungan Paus Yohanes II ke Dili, dan acara penyelenggaraan misa diadakan di Tasi Tolu. Dalam perayaan misa yang dipimpin oleh Paus Yohanes II itu, menjadi momentum bagi kaum muda maubere untuk melakukan aksi demonstrasi menentang pendudukan Militer Indonesia. Aksi itu dilakukan dihadapan Paus Yohanes II dan Presiden Republik Indonesia Haji Muhamad Soeharto yang saat itu mendampingi Paus Yohanes II berkunjung ke Dili serta dihadapan ribuan wartawan asing. Aksi tersebut menunjukan kepada seluruh dunia akan kebohongan Rezim Militer Indonesia dibawa pimpinan jenderal Soeharto.
Demonstrasi 12 oktober 1989 menyambut kunjungan Paus Yohanes Paus II Tasi Tolu. Aksi yang berlangsung selama tiga puluh menit dihadapan Presiden Republik Indonesia dan para wartawan asing tersebut merupakan awal dari ekspresi suara rakyat Timor-Leste yang selama itu terbungkam oleh senjata tentara nasional Indonesia. Kunjungan Paus Yohanes Paus II itu membuka kembali Timor–Leste kepada dunia atas apa yang selama kurung waktu itu bagi pemerintah Jakarta adalah masalah dalam negeri dan hanya segelintir orang yang masih belum menerima apa yang disebut INTEGRASI oleh Jakarta.
Kami para pemuda Timor Leste saat itu walaupun hanya bisa dihitung oleh jari dengan berani dan tekad bulat untuk mengbongkar kebohongan pemerintah Jakarta. Kami pemuda Timor – Leste yang berani berkorban segala-galanya untuk keadilan, kebebasan dan masa depan pendidikan kami demi perjuangan kemerdekaan melalui penentuan nasib sendiri bagi bangsa Timor Leste. Segala momentum kedatangan wartawan asing, kami manfaatkan untuk berteriak;

Diskusaun badak ho Amo Jovitu R J Araujo kona ba Marxismo ho Christiaun.



                                                                    



Jovito R J Araujo: Aquita, compara fali ida ne'e entaun la hetan ida... Basa kristianismu ne'e tinan rihun rua tiha ona buras ba nafatin maske sofre perseguisaun oioin iha historia nia laran. Keta haluha katak Marx ne'e catolico practicante ida. Marxismo laiha futuro ona tan base bobo'ot sira Marxismu nia naksobu hotu ona. Russia ho Cuba mos oras ne'e la fundamentalista tan ona hanesan uluk, basa oras ne'e Marxismu hola ilas seluk. Ne'e duni atu compara fali Jesus Cristo ho Karl Marx ne'e la hetan. No ema sarani ida halo ida ne'e nia hakraik nia an de'it. A luta continua!
Aquita
 Maun Jovito R J Araujo hau hanoin sira nain rua nia hanoin lao hamutuk mak foin bele completo. Tamba ida mai hanorin AMI AMAN IHA LALEHAN HARAIK TULUN BA EMA ATU TUIR ITA NIA HAKARAK IHA R A I NUDAR IHA LALEHAN. Ida fali mai hanorin sistema politiku ideologiku ida nebe tuir fase por fase. No oinsa atu luta moris iha RAI ne nia leten.
 
Maun Jovito R J Araujo ,Alin hau lakoi lakoi rona tan maun Jovito R J Araujo hateten tan MARXISMO laiha futuro ona tamba hau hateten katak maun estuda filosofia Karl Marx nian. Tamba MARXISMO ne sai ona hanesan ciencia ida. Hakarak ka lakoi ohin ema barak mos estuda no le ida ne. Ba hau maun Jovito R J Araujo nia alin comunga doutrina rua ne hotu. Orasaun nebe hau hatene mak AMI AMAN deit. CIENCIA nebe estuda no nunka baruk le mak MARXISMO. Maibe too agora sei luta nafatin ba dalan transisaun ida nebe hodi harii Sistema Politiku Ideologiku Socialismo, neduni seidauk sai Socialista ida.
Aquita
Maun Jovito R J Araujo iha mundo ne nudar ema sarani nebe fiar iha Doutrina Cristo nian iha dalan rua deit; wainhira o mate sei ba lalehan ou Infernu. hanesan mos maun hatene, iha sistema ekonomia mos iha rua deit; KAPITALISMU HO SOCIALISMU.
Jovito R J Araujo:
Alin, molok atu unjuk gigi demonstra lai Marxismo nia futuro ho convicçao no clareza iha ninia evidencia ho dados concretos ba mak ita koalia. Ninia grafico cronologico no contextual hatudu momos hela katak bloco sira uluk fundamenta an iha ideologia ida ne'e barak liu mak converte hotu ona hodi hola ilas seluk. Se ne'e sai hanesan fundamentalismo ema ida ka grupo ida nian de'it ne'e katak halo aventura ho Marxismo maibe laos implementa tan ona ideologia Marxista. Ha'u hasoru ema nebe moris ho ideologia ida ne'e no radical maibe sira mos confessa katak fundamentalismu la compativel tan ona ho realidade moris mundo moderno nian. Ne'e duni se hakarak atu halo diferença iha sociedade nia laran, diak liu mak hahu halo anatomia sociedade nian atu labele hela de'it iha utopia nia laran maibe moris no konkretiza moris ne'e iha realidade nebe manifesta nia an ho passos gigantes iha alteraçao fisica no mos mental. Maun koalia hanesan ema ignorante ida ba Marx nia doutrina. Alin iha direito atu mantem alin nia mehi no alin nia hanoin ba oin. Laiha ema ida bandu netik, sa tan oras ne'e biban democracia no liberdade nian be ita ida idak bele hola forma de vida ida nebe compativel ho nia moris no tuir ninia hanoin katak ida ne'e bele sustenta nia moris hodi contribui ba Timor atu sai diak liu tan iha loron aban bainrua nian. Timor ita nian de'it no ita mak sei hamutuk atu halo Timor sai diak. Ita mak sei hare malu. Kona ba Lalehan ho Inferno ne'e la precisa mate mak ba, maibe iha moris ne'e kedas ita koko ona no halo tiha ona. Ne'e duni ita mate ne'e ita halo pronto tiha ona Lalehan no Inferno ne'e. Alin se Marxismo ne'e ciencia nebe alin estuda ne'e diak maibe ciencia ne'e labele hela hanesan pensamento critico no cientifico de'it. Nia precisa praxis ka pragmatismu ida aplicavel hodi bele fo vantagem ba moris. Se ciencia ne'e estuda ba atu hatene de'it maibe inaplicavel, ne'e katak ciencia ne'e la soi atu estuda. Nia contra productivo e ne'e contra mos teoria economia Marx (valor-trabalho) nian. Maun conhece mos ema nebe halo Das Kapital sai hanesan sira nia Biblia no sira nia "idolo". Maske nune'e, seidauk muda tok mundo nebe sira moris ba ne'e ida. La hatene keta ho alin nia estuda makaas ne'e bele iha impaktu seluk karik. Ita hein de'it.
Jovito R J Araujo:
Dala barak liu mak ha'u haré maluk sira be figura an hanesan socialista ka capitalista ka marxista ne'e hanesan de'it trend ka moda moris nian atu afirma an iha sociedade nia laran hanesan activistas contra-corrente nian maibe la assume ideologia hirak ne'e ho coerencia atu bele transforma realidade social nebe sira enfrenta. Ne'e ha'u bele dehan hanesan "boomerang" ida ba slogan marxista nebe considera religiao hanesan "opium" ne'e kedas.
Aquita    
         
Maun Jovito R J Araujo haluha tiha katak seculo 21 ideas marxismo buras ba nafatin. Provas kongkreta mak Hugo Chavez Hatudu ona iha Venezuela no mos latinu amerikanu tomak.
Maun Jovito haluha mos katak China to ohin loron la muda sira nia ideologia nasaun nian nafatin MARXISMO, ho ideologia ida ne China domina ekonomia iha mundo. vietnam ho sira nia conseito merkado ekonomia socialis, cuba komesa tuir ona china nia dalan liu mudanca iha sira politiku kona ba sektor privado, ida ne hatudu katak ciencia ida marximo nia futuro ba oin luan no nakonu ho espirito humanistiku, solidaridade, liu hosi sistema politiku ideologiku socialismu no komunismu.
Iha Europa neba fatin nebe maun Jovitu berdomisili ba ne tama iha krisi globalisasi, France hafoin krisi financial liu tiha, Lideranca Partido Socialista manan hafoin tinan 20 resin luta ba ideas nebe maun Jovitu dihan laiha ona Futuro ne. Portugal, spain, grecia no nasaun eropa sira seluk iha processu atu hili nafatin ho sistema agora ne ou tenki buka alternativo ida? Ida ne hatudu katak politiku nain sira iha mundu ne hanoin ona ba dalan alternativo. Hanesan hau cita ona iha leten katak iha vida ekonomia iha sistema rua deit. KAPITALISMU OU SOCIALISMU.
Maun Jovitu defisil ona ita atu continua halo pembodohan ideologiku iha seculo 21 ne. Iha kampanhe ba eleisaun parlementer foin lalais JOSE RAMOS HO FERNANDO LASAMA iha kampu Demokrasia tenta halo pembodohan massal hodi ataka Partido Socialista de Timor PST tamba PST nia kampanye koalia momos hakarak harii sistema politiku ideologiku socialismo ba too komunismu iha Timor. Maibe sei la muda konciencia 11.379 povo nebe foo fiar hodi vota nafatin ba PST.
MAUN JOVITU Estudante estuda livremente ideas Marxismo, konstelasaun politika mundu no rai laran hatudu iha realidade katak ba iha futuro oin tenki iha alternativo ida. Atu nune labele iha ema nebe kiak kiak ba nafatin ema nebe riku riku ba nafatin.
Maun Jovito R J Araujo desde tempo resistencia to agora too rohan laek sei la muda. Kuda iha fuan laran durante la hakfodak lakon ka manan iha processu demokratiku nebe lao iha ita nia nasaun foun nebe nakonu ho sistema politiku individualistiku nebe lao iha rai laran. Tamba kompreende funsaun partido politiku ho ideologiku ida. Hare partido politiku laos hanesan batu loncatan. Hare partido politiku hanesan vokasaun ida, hanesan Maun Jovitu decide aan tama seminario sai padre ou la sai padre. Komitmento hari no tama PST - Partido Socialista de Timor ho conviksaun ida sai politiku ida diak ou la sai politiku ida diak hodi servisu rai no povo.
Se tama partido politiku ho hanoin ida sai boot ba ukun lalais, PST la existe tamba se laiha transformasaun hosi OJECTIL(Organisasaun Juventude Comunista de Timor-leste) mai too PST. Ida hatudu katak laos atitudi aventureru.
Maibe hakarak hatur partido politiku hanesan mata dalan ba transformasaun, hatur partido politiku hanesan fatin atu hanorin no prepara ema sai futuro lideranca nebe diak ba futuro nasaun nian kuda doutrina moris iha RAI nian. Hatur partido politiku ho prinsipio politiku ideologiku ida nebe la bosok ema. Se fiar, tuir no tama hodi apreende. Tamba Partido Politiku hanesan Edukasaun popular, no Partido Politiku hanesan instrumento politiku ba desenvolvimento.

Memahami ideology politik dalam perjuangan pembebasan Rakyat.



"Di masa sekarang Marxisme adalah teori yang penting sekali artinya: kurang lebih sepertiga dari dunia kita sekarang merupakan masyarakat yang berdasarkan ideologi marxisme… selain dari itu sebagian besar dari gerakan-gerakan kaum buruh di Eropa dan Asia berupa partai-partai politik dan serikat sekerja yang berpegang pada ajaran-ajaran marxisme."
Sejak saya masih ‘usia belasan tahun’ pertama kali belajar kenal dengan teori Marxisme dari mulutnya Shalar Kossi yang waktu itu sebagai Sekjen AST (Asosiasi Sosialis Timor) yang saat itu berafiliasi dengan FREITILIN). Sampai memahamikan sendiri teori itu dengan membaca banyak-banyak buku Marxisme dari semua corak, serta bekerja aktive dalam perjuangan kemerdekaan melalui kegiatan politik dibawa bandera AST, dan kegiatan militer langsung dibawa garis komando Kay Rala Xanana Gusmao melalui Brigada Negra sebuah pasukan khusus yang dibentuk oleh Kay Rala Xanana Gusmao dan penasehat politik militernya Shalar Kossi FF.
Ketika saya ditangkap dan dipenjarakan dengan hukuman 20 tahun, waktu itu saya baru berusia 20 tahun, setelah menjalani hukuman dua tahun penjara saya melarikan diri dari penjara Balide, sebuah penjara tua yang dikenal dengan nama “Cel Maubutar” dan bergabung Frente Armada FALINTIL Regiao III, di Frente Armada saya mengatakan kepada Komandan FALUR RATE LEAK bahwa setelah Merdeka saya tidak bisa masuk Forca Armada karena saya termasuk salah seorang bagian dari sejarah perubahan AST ke PST, sampai sekarang saya masih aktif sebagai aktifis PST.
Karena Manifesto Politik PST/doktrin PST telah mengajarkan saya bahwa kemerdekaan yang sebenarnya bukanlah akhir dari perjuangan kita mencapai kemerdekaan, kemerdekaan hanyalah sebuah jembatan menuju suatu perjuangan baru dalam mengisi kemerdekaan. Dengan demikian dalam perjuangan baru tersebut-bagi saya teori Marxisme Sosialisme adalah satu-satunya teori yang saya anggap competent buat memecahkan soal-soal sejarah, soal-soal politik, soal-soal kemasyarakatan. Marxisme itulah yang membuat saya punya nasionalisme berlainan dengan nasionalismenya nasionalis timorense yang lain, dan Marxisme itulah yang membuat saya dari dulu benci kepada fasisme.....
Dulu saya suka membaca buku-buka Marxisme; kini marxisme telah menjadi bagian dari saya punya kepuasan jiwa. Tetapi bagaimanakah akurnya Marxisme itu dengan ajaran agama katolik yang juga mengisi saya punya jiwa? Tidakkah orang berkata, bahwa agama dan Marxisme itu seteru-bebuyutan satu sama lain, mengingkari satu sama lain dan membantah satu sama lain? Buat orang lain, barangkali begitu! Tetap buat saya, maka Marxisme dan ajaran kristen dapatlah berjabatan tangan satu sama lain didalam satu sintese yang lebih tinggi. Buat saya agama dan ajaran katolik satu ajaran agama yang rasionil , satu ajaaran agama yang bersandar kepada kemerdekaan akal , yang berbeda setinggi langit dengan ajaran agama-agama yang lain. .... Saya punya faham tentang agama katolik itu adalah satu faham yang merdeka, -- begitu merdeka, sehingga sering tabrakan dengan fahamnya orang-orang katolik yang lain !!
Apakah Marxisme itu? Orang mengatakan Marxisme adalah seolah-olah ‘satu agama sendiri’, orang mengatakan dia satu star systeem pula, orang malah mengatakan dia semacam satu hocus-pocus yang dikira bisa dipakai buat menyelami semua dalam-dalamnya roh dan jiwa, -- pada hal dia hanyalah satu metode saja untuk memecahkan soal-soal ekonomi, sejarah, politik, dan kemasyarakatan, atau ilmu–perjuangan didalam hal ekonomi, politik, kemasyarakatan. Suatu metode berfikir dan sesuatu ilmu – perjuangan tidak mesti harus bertentangan dengan sesuatu agama, apalagi kalau agama itu adalah agama rasionil seperti yang saya visikan itu.
Jika pada zaman pimpinan Ir. Soekarno di Indonesia pernah menangapi pembelotan Ir. Baars yang bekas sosialis-komunis akhirnya menjadi orang yang anti sosialis-komunis maka hari ini saya ingin mengutip kata-kata mantan presiden republic indonesia;
“.........Bung karno mengatakan Mereka sekarang bukan saja anti-komunisme, tetapi juga anti-sosialisme, dan juga anti-marxisme dalam umumnya. Bung Karno menulis, untuk adilnya kita punya hukuman terhadap pada ‘prakteknya’ faham Marxisme itu, maka haruslah kita ingat, bahwa ‘failliet’ dan ‘kalang-kabut’nya negeri Russia itu adalah dipercepat pula oleh penutupan atau blokade oleh semua negeri-negeri musuhnya; dipercepat pula oleh hantaman dan serangan pada empat belas tempat oleh musuh-musuhnya sebagai Inggeris, Perancis dan jenderal-jenderal Koltchak, Denikin, Yudenitch dan Wrangel; dipercepat pula oleh anti-propaganda yang dilakukan oleh hampir semua surat-kabar di seluruh dunia.....”
“......Bahwa sekarang ini oleh pengalaman-pengalamannya dari negeri Russia,China,Vietnam telah menunjukan kepada kita yang menganut ideology Marxis-Leninis bahwa marxisme-sosialisme bukanlah sebuah dogma, marxisme sosialisme bagi kita adalah sebuah ilmu yang harus ditelaah, dipelajari dan digunakan sebagai senjata analisis kita menghadapi perkembangan dunia dan kondisi dimana kita hidup.....”
Walaupun berkali-kali dalam tulisan maupun kampanye terselubung oleh orang-orang yang mengatakan diri intelektual muda dan para peminpin dibeberapa partai politik di Timor-Leste terhadap PST dengan memperingatkan, janganlah mendekati sosialisme dan komunisme; berkali-kali mereka mengatakan, bahwa apa yang dialami di Russia itu hanyalah kekalutan dan kesengsaraan saja, bahwa ideology Marxis Leninins yang sekarang dianut oleh PST adalah sudah kadaluarsa. Sebagai generasi muda saya tidak percaya dengan kampanye dan tulisan mereka itu. Saya menilai penilaiaan mereka sebagai orang-orang yang mengatakan diri mereka intelektual itu adalah untuk membodohi rakyat mereka sendiri dan mengelabuhi rakyat miskin akan suatu ideology yang akan mengarahkan rakyat miskin berjuang untuk suatu kebenaran hidup diatas bumi ini. Mereka adalah para kaki tangan imperealis yang dapat saja mengunakan segala cara untuk membodohi rakyat miskin akan tetapi mereka tidak dapat membohoni suatu kebenaran, yaitu suatu kebenaran hidup rakyat yang sebenarnya. Ketika rakyat kita telah sadar secara organisatoris ketika itu rakyat kita sadar akan ketidakadilan dalam demokrasi ekonomi.
Kepada kawan-kawanku yang memahami dan mengilhami pemikiran kiri yang revolusioner kekuatan kita yang sebenarnya adalah kekuatan rakyat yang terorganisir secara organisatoris dalam sebuah partai politik dengan konsep ideology yang jelas. PST telah berdiri hamper 21 tahun lebih. Partisipasi kita sebelum dan sesudah kemerdekaan telah menunjukkan komitment kita akan suatu perjuangan ideologis. “ketika partai kita masih kecil kita tidak diperhitungkan tetapi komitment kita, keyakinan politik ideologis kita membangkitkan semangat rakyat kita akan kebesaran ide-ide kita dalam mengisi kemerdekaan Timor-Leste. karena konsep dan metode yang gunakan untuk mengorganisir rakyat akan keyakinan mereka akan segala sesuatu yang mereka ada; Perkebunan, ladang kopi dan Sawah, pertanian dan peternakan merupakan kekayaan mereka untuk suatu kebenaran hidup.
Dengan kesadaran dan keterlibatan kita untuk mengorganisir rakyat secara organisatoris dengan konsep politik ideologis yang jelas, tidak akan ada kekuatan apapun didunia ini yang dapat menghancurkan kekuatan suara hati nurani dan tindakan rakyat untuk menentang ketidakadilan ekonomi social dan politik yang kita hadapi adalah suatu kebenaran yang tidak dapat dibohongi. Oleh karena itu tuntutan “Tanah untuk Petani, Pabrik untuk Buruh dan Saham untuk Buruh” merupakan suatu yang adil dalam kehidupan umat manusia.
Sekarang Bagaimanakah sikap kita, kaum nasionalis Timor-Leste terhadap sosialisme atau komunisme itu pada umumnya? Sosialisme, sosial-demokrasi, komunisme adalah suatu reaksi, suatu faham perlawanan terhadap pada kapitalisme, suatu faham-perlawanan yang dilahirkan oleh kapitalisme itu juga. Ia adalah anaknya kapitalisme, tetapi ia adalah pula suatu kekuatan yang mencoba menghancurkan kapitalisme itu juga. Ia tidak bisa berada dalam suatu negeri, dimana kapitalisme belum berdiri, dan ia tentu ada suatu negeri, jikalau negeri itu mempunyai aturan kemodalan, ia tentu ada suatu negeri, jikalau negeri itu susunan-pergaulan hidupnya ada kapitalistis. Jika Nasionalisme kita tidak diringi oleh suatu ideology politik yang jelas maka nasionalisme itu adalah semu.
Dan apa yang akan terjadi dimasa-masa mendatang dalam perjuangan politik ideologis kita? Dalam perjuangan kita untuk merubah system politik yang penuh dengan ketidakadilan perjuangan untuk sosialisme itu merupakan suatu perjuangan yang panjang, membutuhkan konsistensi, komitment kita dan pergorbangan kita demi tercapainya suatu kehidupan yang layak bagi rakyat kita. Sejarah dunia telah menunjukan para pejuang orang-orang kiri didunia diperangi sehebat-hebatnya atau ditindas sekeras-kerasnya, walaupun pengikut-pengikutnya dibui, dibuang, digantung atau dibagaimanakan juga; walaupun oleh penindasan yang keras dan pemerangan yang hebat ia kadang-kadang seolah-olah bisa binasa dan tersapu sama sekali, maka tiada henti-hentinya ia muncul lagi dinegeri yang kapitalistis, tiada henti-hentinyalah ia membikin gemparnya kaum yang dimusuhinya, menyatakan diri didalam riwayat dunia, seperti apa yang telah terjadi ditahun 1848, ditahun 1871, ditahun 1905 dan ditahun 1917, -- tiada henti-hentinya ia memperingatkan juru-riwayat yang menulis tambonya negeri-negeri Perancis, Jerman, Inggeris, Rusia, Amerika...
Bagaimana perjuangan kita dinegeri tumpah-darah kita? Perjuangan kita untuk sosialisme pun tak akan hindar dari pada jurusan-jurusan atau tendensi-tendensi yang dilalui oleh negeri-negeri lain. Timor-Leste pun tak akan hindar dari pada sosio-ekonomi predestinasi, yang juga sudah menjadi nasibnya negeri-negeri Asia yang lain, tak akan bisa hindar dari pada keharusan-keharusan yang sudah pula menetapkan jalan-jalannya susunan pergaulan hidup negeri-negeri lain, yakni keharusan-keharusannya hukum evolusi , artinya: Timor-Leste juga akan menaiki semua tingkat-tingkat susunan pergaulan hidup yang sudah dinaiki oleh negeri-negeri itu, -- Timor-Leste juga akan meninggalkan tingkat susunan-pergaulan hidup yang sekarang ini, dan akan naik keatas tingkat susunan pergaulan-hidup yang kemudian, masuk kealam zaman kepabrikan, masuk kedalam zaman kapitalisme yang sebenar-benarnya, sebagaimana yang sekarang memang sudah kentara adanya, Timor-Leste oleh karena itu juga tak luput mengenali ‘pengikutnya’ kapitalisme itu, suatu pergerakan yang berazaskan sosialisme atau komunisme, sebagaimana yang memang sudah kita alamkan permulaannya pula.....”
Mengapa demikian? Itu karena kebijakan politik oleh mereka yang takut akan suatu Ideologi politik kiri, dan system politik yang diterapkan oleh pemerintah pertama dan pemerintah AMP mengarahkan bangsa kita menuju suatu pergaulan kehidupan yang sedemikian rupa. Suatu pergaulan hidup yang lebih mengarahkan kehidupan kita yang penuh dengan sikap kolektivisme menuju kearah individualisme atau sangat kapitalistik.
Untuk merubah semuanya itu hanya ada satu kata yaitu bersatu kita menyatakan bahwa kemerdekaan yang sebenarnya hanyalah sebuah jembatan emas, bukanlah akhir dari segala-galanya dalam perjuangan kita, revolusi kita yang sebenarnya adalah setelah mencapai kemerdekaan itu sendiri. Karena bangsa kita harus dirubah mentalitasnya yang telah dipengaruhi oleh system politik yang kapitalistik, generasi kita diarahkan untuk menjadi malas dengan kondisi-kondisi ketergantungan yang diciptakan.

Pledoi Pembelaan: Constancio da Costa dos Santos alias AQUITA

Pledoi Pembelaan:

KAY RALA XANANA GUSMAO ADALAH KUNCI PENYELESAIAN PERANG DI TIMOR TIMUR
 
Dibacakan pada sidang Pengadilan Negeri Dili
Tanggal 31 Maret 1998
I. PENDAHULUAN
Saudara Hakim yang terhormat,
Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada saudara Hakim atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya hari ini untuk menyampaikan pembelaan secara bebas tanpa paksaan apapun macamnya. Pada kesempatan yang emas ini, dihadapan saudara Hakim yang bertindak mewakili Pemerintah Indonesia, dan di hadapan para anggota ABRI yang berdiri di depan pintu sebelah kanan dan kiri, serta dihadapan sebagian rakyat Timor Timur yang masih hidup, dan selalu aktif mengikuti setiap persidangan terhadap kami orang-orang Timor Timur yang di mata Hukum Indonesia merupakan penjahat, sebelum memasukinya, saya mohon saudara Hakim memberikan waktu sedikit agar saya memberikan penghormatan untuk mengenang ratusan ribu rakyat Timor Timur yang telah mati karena menentang invasi pengecut serta memalukan pada 7 Desember 1975, bagi mereka yang mati dalam berbagai pembantaian dari tahun 1978-1979 di gunung Matebian, di kampung Kairaras pada tahun 1981, bagi yang mati dalam pembantaian yang sangat memalukan dalam demonstrasi damai pada tanggal 12 November 1991 di Santa Cruz, bagi mereka yang mati dalam penjara akibat penyiksaan dan tindakan tidak berperikemanusiaan, bagi mereka yang mati pada saat ditangkap dan dieksekusi, serta bagi mereka yang mati tanpa diketahui keberadaannya.
* * *
Pengorbanan mereka merupakan sumbangan besar bagi kemajuan dalam kesadaran Internasional mengenai Hak Asasi Manusia dalam mekanisme perlindungan PBB. Di mata Hukum Indonesia, kami rakyat Timor Timur yang ditangkap dan diadili sebagai seorang penjahat, karena tindakan kami yang sama, menentang invasi dan pencaplokan atas bangsa dan rakyat kami, rakyat Maubere. Maka tidak ada gunannya bagi saya untuk melakukan sebuah pembelaan berdasarkan prinsip-prinsip Hukum Indonesia, dan oleh karena itu hak yang telah diberikan kepada Tim Penasehat Hukum untuk menyusun pembelaan atas nama saya, juga saya cabut karena:
1. Sebagai Pengacara Indonesia, mereka, Tim Penasehat Hukum pasti hanya mengucapkan pasal-pasal Undang-undang dan hukum Indonesia untuk mengemis keadilan kepada diri saya. Jelas itu bertentangan dengan keinginan saya.
2. Di sini, di ruangan sidang pengadilan ini bukanlah tempat bagi saya untuk mengemis keadilan, sebab saya yakin Jakarta tidak akan pernah memberikannya kepada saya yang jelas-jelas menunjukkan diri sebagai musuh perang.
Sekali lagi saya ingin menegaskan bahwa, apa yang saya sampaikan sendiri di depan persidangan ini bukanlah sebuah pembelaan tetapi sebagai upaya untuk mengingatkan tuan-tuan Hakim yang adalah juga budak-budak Pemerintah Soeharto yang sampai hari ini ikut menindas rakyat Maubere dan hak-haknya untuk merdeka. Jadi, kalaupun dikatakan pembelaan, maka hal itu bukan untuk membela kepentingan hukum pribadi saya untuk memperoleh setitik keadilan, tetapi adalah pembelaan terhadap kepentingan dan hak rakyat dan Tanah air saya, Timor Leste.
Saya tidak malu kalau tuan-tuan menyebut diri saya sebagai seorang penjahat seperti yang didakwakan pada saya, sebaliknya saya bangga karena kejahatan yang saya lakukan adalah kejahatan yang sama, suatu kejahatan yang menginginkan kebebasan bagi bangsa saya, yang selama dua puluh tiga tahun berada dibawah satu kekuasaan yang dipaksakan dengan cara kekerasan terhadap rakyat dan bangsa saya.
II. TENTANG KEWARGANEGARAAN
Saya adalah salah satu dari generasi penerus perlawanan rakyat Maubere, menentang invasi pengecut serta memalukan pada 7 Desember 1975, suatu pendudukan yang kriminal serta melanggar prinsip-prinsip hukum Internasional atas Timor Timur selama dua puluh tiga tahun ini. Saya berterus terang bahwa selama diperiksa, saya berperilaku seperti orang Indonesia asli dan memiliki KTP, namun bukan hanya saya sendiri yang memilikinya akan tetapi semua rakyat Maubere ber-KTP. Menurut saya, bahwa KTP yang saya miliki merupakan suatu tuntutan perjuangan, sekaligus sebagai pengganti ribuan rakyat Maubere yang telah dihancurkan oleh pendudukan militer Indonesia secara terencana dan sistematis.
Pada tanggal 15-16 September tahun yang lalu di Polres Dili, dalam pemeriksaan saya selalu menjawab setiap pertanyaan dari Polisi dan para Perwira-perwira Tinggi ABRI yang menanyakan saya tentang warga negara, di mana saya selalu menjawab dengan tegas bahwa menurut hukum Internasional saya bukan warga negara Indonesia. Namun saya menyadari bahwa setiap orang Timor Timur yang ditangkap berkaitan masalah Timor Timur akan selalu diadili, oleh Pemerintah yang sama, satu Pemerintah yang datang mengatasnamakan bangsa Indonesia dengan mesin pembantai ABRI, menindas, membunuh dan membantai seluruh rakyat Maubere yang tidak berdaya, satu Pemerintah yang datang dengan sistem yang sama, sistem kolonialisme, namun sistem kolonialisme ini lebih kasar dari sistem kolonialisme sebelumnya.
Hari ini dihadapan tuan-tuan, sebagai generasi penerus perlawanan rakyat Maubere, secara terbuka saya mengatakan bahwa saya bukan warga negara Indonesia, tetapi saya tetap warga negara Portugis, sebagaimana semua Timor Timur dan sesuai dengan naluri saya sendiri, saya adalah warga negara Timor Leste.
Sejak awal, saya telah menolak kewenangan suatu peradilan Indonesia untuk mengadili saya. Penolakan itu secara eksplisit telah saya tunjukan melalui setiap aksi dalam setiap proses Persidangan, yakni mengelar spanduk, merobek replik tuan Jaksa, mogok makan, mogok sidang dan mogok bicara, tetapi tuan-tuan Hakim tidak pernah menyadarinya. Karena semua peradilan Indonesia atas para pejuang kemerdekaan di Timor Timur tidak pernah sesuai dengan standar hukum Nasional Indonesia yang telah diagungkannya, apalagi hukum Internasional sesuai Resolusi Komisi Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa mengenai Timor Timur, tahun 1997 yang lalu, yang menegaskan bahwa semua negara anggota memiliki kewajiban untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia dan kebebasan dasar seperti yang telah dinyatakan dalam Piagam PBB dan Deklarasi Semesta Hak Asasi Manusia, Kovenan Internasional Hak Asasi Manusia dan instrumen-instrumen lain yang harus diterapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai berikut ini:
a. Mengambil tindakan-tindakan yang perlu dalam menjamin penghormatan penuh bagi hak-hak asasi manusia dan kebebasan dasar rakyat Timor Timur.
b. Memastikan pembebasan awal semua rakyat Timor Timur yang ditahan dan dihukum karena alasan politik.
c. Semua peradilan di Timor Timur harus dilaksanakan sesuai dengan standar internasional. "Kapan?"
III. TANGGUNGJAWAB INTERNASIONAL Masalah Timor Timur adalah tanggungjawab masyarakat Internasional, suatu masalah hukum Internasional, yang mempertaruhkan prinsip-prinsip universal, suatu kasus dimana norma-norma dekolonisasi PBB telah dimanipulasi, oleh karenanya merupakan suatu kasus pelanggaran yang menyolok tentang prinsip-prinsip gerakan Non Blok, dan pola universal hukum perdamaian serta keadilan.
Pengadilan ini sebenar-benarnya tidak berhak untuk mengadili saya dengan teman seperjuangan saya, apalagi dengan tuduhan makar terhadap Pemerintah Indonesia. Namun saya tahu bahwa segala sesuatu sudah diatur dan kami para pejuang kemerdekaan harus dihukum.
PBB mengakui sesuai hukum bagi segenap cara untuk melawan kehadiran segala bentuk apapun Penjajahan di segenap bangsa di dunia, tempat rakyat-rakyat berjuang untuk kemerdekaan. Perjuangan FALINTIL dan CNRM di mata masyarakat Internasional di tempatkan dalam konteks tersebut dan berdiri di atas alias bukan di bawah hukum Indonesia. Para Komandan-komandan FALINTIL akan selalu berbicara kepada dunia Internasional, dan Pemerintah Indonesia khususnya ABRI ketika setiap prajuritnya di medan pertempuran, membawa maut sekaligus kebenaran menembus keangkuhan, kesombongan dan kebohongan militer Indonesia.
Tuan Jaksa dalam tuntutannya mengatakan bahwa rakyat Timor Timur telah berintegrasi dengan Republik Indonesia, tetapi ia tidak menyinggung masalah pokok yakni pelanggaran hukum atau pencaplokan dengan cara kekerasan. (tahu atau tidak hukum Internasional?) Masalah inti dalam pengadilan ini adalah apa yang disebut "Proses Integrasi"
IV. KEBENARAN MUTLAK MENURUT JAKARTA
Di Polres Dili saya diwawancarai oleh Pusat Penerangan ABRI dari Jakarta untuk sebuah liputan khusus mengenai pembangunan di Timor Timur yang menurut Pemerintah Indonesia merupakan suatu kebenaran mutlak. Berbicara tentang apa yang disebut sebagai kebenaran politik adalah sama halnya dengan berbicara tentang etika, legitimasi kekuasaan, hukum dan norma-norma universal serta hak asasi manusia (hukum normatif) yang digunakan sebagai orientasi dasar suatu tindakan politik, sehingga diakui kebenarannya dan dapat diterima secara Internasional. Kebenaran yang saya maksud disini adalah kebenaran mengenai masalah Timor Timur menurut versi pemerintah Indonesia, yang notabene, selalu mengakui diri sebagai pihak yang paling benar. Namun di lain pihak Pemerintah Indonesia selalu berhadapan dengan aksi-aksi dari kami pihak perlawanan, FALINTIL di front bersenjata, CNRM di front diplomatik dengan dukungan dari dunia Internasional. Kenyataan ini harus dihadapi oleh rejim Soeharto sebab Pemerintah Indonesia telah melangkahi hukum-hukum normatif yang berlaku secara universal/Internasional, yang mengikat semua subjek pergaulan Internasional. Menurut norma-norma itu pula suatu tindakan dapat dikatakan memiliki dasar materiil untuk di benarakan/disalahkan.
Pemerintah Indonesia selalu mengklaim bahwa Timor Timur sudah berintegrasi kedalam wilayah kesatuan Republik Indonesia. Jika benar, maka itu hanyalah anggapan subjektif yang menjadi keyakinan politik, tanpa etika politik, di kalangan pemerintah Indonesia, dan orang Timor Timur yang karena merasa beruntung mendukung integrasi, tergantung pada suatu kondisi sosial ekonomi tertentu. Pembangunan di Timor Timur dipandang oleh pemerintah Indonesia dan para boneka-bonekanya pada dasarnya sebagai suatu kebenaran mutlak yang mengindikasikan bahwa Indonesia bukanlah negara kolonialis. Namun di sisi lain, kelihatannya menggambarkan gengsi pemerintah Indonesia terhadap Portugal, mengingat selama 450 tahun Portugal sama sekali tidak memperhatikan pembangunan Timor Timur, baik fisik maupun materiil. Kebenaran tidak pernah dapat diukur dengan adu gengsi, saling melemparkan kesalahan antara dua kolonialis yaitu pemerintah Indonesia dan Portugal.
Penjajah adalah Penjajah dan dimana mana sama, sehingga tidak ada penjajahan yang dibenarkan di bumi ini, "oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan..." Demikian bunyi alinea pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Bangsa Indonesia, yang dibanggakan oleh Soeharto, atau lebih tepat jika kita katakan sebagai kebanggaan nasonalisme dan Internasionalisme Indonesia.
Kalau hari ini, dalam hal pencaplokan atas bangsa dan Tanah air kami, Timor Timur, yang kemudian dijadikkan sebagai Propinsi yang ke- 27, seperti dilakukan Iraq atas Kuwait, hanya karena kesalahan Portugal meninggalkan Timor Timur dalam keadaan perang saudara. Tindakan tersebut tidak sama dengan rakyat Timor Timur memilih Integrasi dan kita punya hak untuk merdeka. Maka sama saja dalam hal ini pemerintah Indonesia, "menyembunyikan kepala, buntutnya kelihatan", karena berdasarkan statistik, Portugal kalah dalam skor pembangunan, sedangkan Pemerintah Indonesia menang dalam skor membantai rakyat Timor Timur lebih dari sepertiga penduduk yang ada. Lebih dari itu, untuk memberikan kebenaran bukanlah Pemerintah Indonesia, bukan pula Pemerintah Portugal, termasuk segelintir orang yang selalu mengatasnamakan integrasi. Rakyat Maubere-lah yang harus di beri kesempatan dan hak untuk memilih dan menentukan nasibnya sendiri.
Berbicara mengenai proses Integrasi Timor Timur, Romo Mangunwijaya pada acara pembedahan buku Mgr. Belo di Universitas Atmajaya - Jakarta, mengatakan "... Seharusnya kita mesti datang ke Timor Timur bertanya kepada mereka (Rakyat Timor Timur) mau atau tidak bergabung sama kami? atau mau apa tidak ini rencana kami! Kalau tidak...! (Wis) sudah, tidak apa-apa. Soalnya kita memahami, menghayati dan lebih-lebih sebagai orang beragama atau yang berbudaya kita harus menyakini bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan merupakan Anugerah Tuhan Yang Maha Esa."
Apa yang terjadi di Timor Timur adalah bertindak bertentangan dengan budaya Jawa dan bertentangan dengan kehendak rakyat Maubere! Indonesia, di bawah pimpinan Soeharto mencaplok bangsa kami dengan kekerasan, menghancurkan, membunuh dan menbantai banyak rakyat yang tidak berdosa, seolah-olah budaya kekerasan dewasa ini dapat dibenarkan sebagai nilai-nilai yang paling tertinggi kebenarannya! Integrasi tidak diterima menurut adat budaya Jawa.
Tidak ada legitimasi kultural dan lebih-lebih melanggar hak paling mendasar rakyat Maubere sekaligus memperkosa nilai kemerdekaan yang tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Jadi yang terhormat dan mulia itu adalah Undang-Undang Dasar-nya! Sedangkan yang amat sangat tidak terhormat adalah Rejim Soeharto!
Pengadilan ini menyatakan bahwa tindakan saya melawan Pemerintah yang sah yaitu Pemerintah Republik Indonesia. Sebuah Pemerintahan yang disahkan melalui apa yang disebut Proklamasi Pantai Bali. (Deklarasi Balibo, yang pada kenyataannya ditandatangani di Bali, Indonesia, di Hotel Bali Beach, pada 30 November 1975, oleh beberapa orang Timor Timur). Sedangkan PBB, hingga saat ini tidak mengakui kedaulatan Indonesia atas Timor Timur, suatu kedaulatan yang dipaksakan dengan mengunakan pasukan, dengan praktek kekerasan, serta pelangaran Hak Asasi Manusia yang paling pokok dengan kekerasan secara sistematis. Pernyataan Balibo ditanda tangani dengan darah empat wartawan Australia yang dibunuh oleh pasukan Indonesia selama serangan terhadap Desa Balibo. Jadi apa yang sekarang dinamakan Pemerintah sah dibentuk diatas mayat-mayat orang-orang Timor Timur yang dibantai dari tahun 1975 hingga 1991 di Santa Cruz, apakah suatu Pemerintahan semacam itu dapat menyatakan diri sah dan memiliki kekuatan hukum?

SERVISU NA’IN Ka TRABALHADOR LA BELE SAI VITIMA BA DESENVOLVIMENTO


Hakerek Nain

DR. Antonio Maher Lopez

(Fatuk Mutin)


Iha mundu tomak, inklui Timor Leste, ema haklaken katak desenvolvimentu fisiku nasaun ida nian hatudu ka marka existensia humanizasaun ema nian, i.e., “halo ema sa’I ema liu tan”. Ema hanoin katak desenvovlvimentu ne’e “milagre”, mosu iha tempu no fatin nebe’e ema la he’in katak nia atu mosu sem involvimentu ema nian. Osan, makina bo-bo’ot kareta ki’ik no bo’ot, aviaun semo ba mai, roahi tama sa’i, kontentores hasa’e hatu’un teki-teki deit. La kleur buat foun ida mosu mai!. Uma foun hari’i, estrada foun loke tan, no buat seluk tan mosu naba-naban mai! Balun fo razaun, desnvovimentu mosu tanba ema balu lori investimentu (osan ka instrumento de produsaun) tama mai iha nia ra’in no balun hateten: “ukun na’in rai ne’e nian mak lori rekursus financeirus nebe’e nia hetan hosi rekursus naturais (riku soin rai ne’e nian) hodi halo desenvolvimentu ba rai ne’e! Housi hanoin hirak ne’e, ema balun ka instituisoens politikas ka governo nian balun hateten: “Adeus violência, Benvindo Desenvolvimento”! Afirmasaun ne’e lo’os, tuir ema nia hanoin mos! Maibe, afirmasaun ne’e la lo’os, tuir ema nia hahalok lolo’os!

Karik koalia ba desenvolvimentu, ita tenki hare’e housi aspektu barak, hanesan, aspektu fisiku-material (infrastruturas funsionalimu, infrastruturas de komunikasaun, infrastruturas elektrifikasaun, infrastruturas edukasionais e sosiais, infrastruturas hospitalares, infrastruturas agrikolas no seluk tan); aspektu fisiku-ekonomico (infrastrutura komersiais makro – supermerkados, lolas ho modalidades espesifikas oi-oin, no mikro – mekardo publiku, kios-kios no vendors ambulante – “pedagang kaki lima); aspektu fisiku-kultural (infrastruturas hodi halo orasaun, uma lulik – idenfikasaun cultural Timor nian no seluk tan); no aspektu fisiku-moral humano, i.e., aspektu desenvolvimentu nebe’e, ema sa’i na’in ba desenvolvimentu ne’e rasik, “ser sujeito do próprio desenvolvimento” hanesan autor no benifisiariu.

 
Desenvolvimentu sa’ida de’it mak bele la’o no bele hala’o tenki hatu’ur ema hanesan sentru ba desenvolvimentu, .i.e., ema mak hari’i, hakonu no goza! Ho kosar no terus nia hari’I no hakonu nune’e mos ho ksolok no laran kmanek nia goza! Ne’e direitu fundamental ida nebe’e ema haesan autor tenki hetan! Ema nu’udar servisu na’in mak hahu’u no hala’o desenvolvimentu tan ne’e produto ba desenvolvimento sa de’it, nu’udar servisu na’in, nia tenki hetan direitu atu goza!

Ema mak sentro iha desenvolvimentu nasaun ida nian tanba ema mak autor ba desenvolvimentu! Osan ka insrumento atu halo desenvolvimento ka instrumento produsaun hanesan de’it meio hodi halo desenvolvimentu. Ho lia-fuan todan, ita hateten: “osan tokon ba tokon ka makina bo;ot ka ki’ik, traktor oin sa deit, sei la hamrik rasik hodi halo “milagre”! Ema ka servisu na’in mak usa osan ka material hirak hodi hamosu desenvolvimento! Maibe iha prosesu desenvolvimentu nia laran, sector ida hanesan autor ne’e, ka ida hanaran “servisu na’in”, lakon tiha naran, marginalizadu, alienadu! NIa servisu tomak ema sukat ho osan nebe’e fulan ida de’it mos la to’o ba nia a’an rasik, hetok tan ba familia! Ema ne’e iha osan no iha material no meios produsaun mak naran bo’ot! Sira mak sa’i autor mesak ba desenvolvimentu no hetan benefisiu bo’ot ba nia a’an rasik! Riku ba nafatin!

 

Tan sa mak situasaun ida ne’e mosu?

 

Atu halo desenvolvimentu, iha sektor ka rekursu tolu mak presija:

 

1)      Rekursus finanseirus;

2)      Rekursus materiais;

3)      Rekursus humanus!

 
Sektor tolu ne’e, mak ho lian seluk, ema hateten: kapital finanseiru, capital material no kapital humanu.

 

Rekursus Financeirus (Kapital Finanseiro)

 

Rekursus finanseirus ka kapital finanseiru katak “OSAN” nebe’e ema ida ka entidade privada no kelektiva ka governo ida iha. Iha Timor ita hatene osan, hori tempu uluk avo liu-la’in sira nian. Ita hatene murak mean hanesan osan mean no murak mutin hanesan osan mutin. Osan mean, osan mutin no murak rai, iha folin maibe sukat ho karau, bibi, fahi, kuda, tais, ai-horis no ai-han! Karik ita haktuir lolo’os, ita bei-ala sira hatene osan maibe la’os holi hola sasan maibe hodi troka sasan tuir nia folin, no tuir costume tradisional hodi hafolin feto, halo lia feto-san no umane.

Housi tempu bei-ala sira nia ita hatene “osan mean, osan mutin no murak rai” hanesan meiu hodi hafolin sasan. Iha Tempo kolonialismu portugues ita hatene “osan escudo” hodi fo folin ba ita nia riku soi rai nian, hodi hola sasan iha merkadu ka loja no hodi selu ka fo folin ba bei-ala nebe’e serbisu ba sira interese hodi haburas no hametin ukun kolonial. Reinu sira nia servisu hodi halo desenvolvimentu laiha folin, sira nia kolen iha to’os no natar, hakiak balada hetan folin ba “imposto obrigatório” ba poder kolonial! Iha tempu okupasaun Indonesia, ita hatene “osan rupiah”, osan nebe’e naklekar barak iha Timor laran hamutuk ho ran, ruin, terus no tanis Timor nia emar barak. Osan la’os de’it meio ida atu hafolin no hola sasan maibe hola mos ema barak nia vida.

 

Iha tempu transisaun no Independenisa ita hatene “osan Dollar” nebe’e dolar duni iha Timor Leste hodi fo folin no hafolin sasan liu ona tinan sanulu nia laran. Osan ne’e dolar duni ka keta semo de’it ka dolar subsubar de’it? Se mak bele hatene! Hotu-hotu konkore (hala’i) hodi buka dolar tanba “DOLAR” sub-subar mak barak liu, halo ita rasik tauk, karik

Dollar bele sosa ita nia dignidade no hamonu ita nia integridade no soberania nasiona, tan Dollar buka ema nebe’e iha dollar, bolu matenek sira mai tan dollar no dollar ba hamutuk hotu iha ema matenek no toman tiha moris ho dollar.

 

Osan ka capital, tuir desenvolvimentu sosiedade humana hosi etapa ba etapa, transforma hanesan instrumentu hodi sukat valor servisu no dignidade ema nia nian no nia sesrvisu folin! Osan, transforma, negativamente, hosi klase, produto desenvolvimento nian, klase kapitalista, hanesan instrmentu nebe’e hasa’I ema (aliena ka marginalija ema) housi buat nebe’e nia rasik halo. Ne’e Situsasaun ida nebe’e kapitalista mak kria tan lakon ona sira sensibilidade humana!’ Osan sa’I ka transforma nu’udar Maromak Segundo ba klase kapitalista! Ita ses ka labele ses atu usa instrumentu ida ne’e? Ita usa hanesan meio maibe la’os “fim”(Tujan). Ema halo osan hodi halo ema sa’i ema, la’os ema sa’i sasan! Ema mak usa osan la’os osan mak usa ema! Diak liu tan, Ita hare’e di-diak osan nia funsionamentu iha konvivensia social no nia konteudu atu hetan capital atu nune’e ita reflete klean liu nia influensia iha konvivensia soio-ekonomico Timor Leste nian!

Ita hare’e katak kapital finanseiru ka “osan” nebe’e oras ne’e iha Timor Leste mak “Dollar”! Se mak iha kapital ida ne’e no oin sa mak capital ne’e iha? Iha Timor Leste, se mak iha kapital finanseiru?

 

Ema ka entidade privada ka kolektiva nebe’e mak halo akomulasaun osan (tau osan uit oan housi fatin oin nia servisu ba ka housi nia negosio ki’ik oin-oin), konsentrasan osan (tau hamutuk iha fatin ida de’it) no halo sentralizasaun osan ne’e hotu hodi sa’i barak no maneja osan sentralizada hodi halo diversifikasaun ba nia aktividade ekonomika maka ita hateten katak ema ka entidade privada ka kolektiva ida ne’e iha kapital finanseiru. Ne’e prosesu normal atu hetan Kapital finanseiru! Prosesu akijisaun kapital balu, liu hosi “mau uso do poder”,i.e., usa poder politiku hodi hetan capital finanseiru; balu, liu housi, “mau uso da bondade” ema seluk nian, i.e., tanba ema nia laran diak ba ita, ita usa nia hodi serbi ba ita interese hodi halibur kapital ba ita nia a’an rasik, ka selu osan ki’ik ba ita nia servisu na’in sira hodi hetan osan barak ba ita nia a’an; pior liu, mak akijisaun kapital liu housi korupsaun, koluijaun no nepotismu (KKN), liu-liu akontese entre instituisoens estadu ka governu nian ho entidades individuais ka privadas.

 

Kapital Material

 

Kapital material hanesan asset ka sasan instrumentus ka ekipamentus sa de’it, meius ka infrastruturas oi-oin hodi halo servisu iha empresa ka fabrika ida. Instrmentus ka ekipamentus hirak ne’e, ema nebe’e iha kapital finanseiru maka hola ka sosa liu hosi akumulasaun no kosentrasaun kapital finanseiru hodi apoia produktifidade, efektividade no efisiensia servisu empresa ka fabrika nian. Iha fabrika ka instituisoens industriais, instrumentus ka makinas hirak ne’e, ema katak “meios de produção”. Iha empresas nebe’e ka’er projektos konstrusoens ho espesialidade ida-idak, ema katak “ekipamentus ka insfrastruturas konstrusaun” nian. “Meios de produção” ka “meios para projectos de construção” hatu’n de’it envolvimentu kbi’it ema nian iha prosesu produsaun, maibe la troka kbi’it ema ka servisu na’in ida hodi halo ka hala’o produsaun ka servisu ba projektus konstrusoens. Meius rua iha leten ne’e usa hodi hasa’e produktividade no efektividade produsaun, i.e., karik ema atus iha bele produz iha loron ida produto ho volume ho total valor dollar rihun lima nulu, makina ka instrument produsaun bele produs produto hanesan ho volume ho total dollar rihun atus ida; hasa’e efisiensia produsaun, i.e., volume produsaun, karik ema lubuk bele halo ba empresa ka fabrika ida iha loron ida la barak liu makina produsaun ida kompara iha loron ida. Ne’e hakarak hatudu katak makina produsaun ida serbisu lais liu ema lubuk ida nia serbisu. Makina produdsaun habadak tempu ba produsaun produtu kompara ho kbi’it ema nian. Makina produsaun ka makina konstrusaun ho nia funsionamentu hanesan iha leten maka halo ema ka entidade privada barak halo kapitalijasaun osan no sa’i riku. Ema ka entitadade individual ka privada nebe’e iha kapital finanseiru sosa capital material hodi halo metin no hetan kbi’it bo’ot liu tan ba sira nia osan ka sira nia capital finanseiru.

 

Kapital Humanu

 

Kapital humanu katak kbi’it nebe’e ema ida-idak iha hodi halo ka hala’o servisu iha empresa ka fabrika ida. Dala barak ema fo’o konotasaun ba kapital humanu housi aspektu ida de’it, i.e., ema matenek ka kapasitadu ka iha habilidade espesifika ruma. Ema haluha tiha katak, kbi’it isin nian no kbi’it hodi transforma matenek na’in ka ema kapasitadu nia hanoin ba produto ida nebe’e hetan folin osan ba ema seluk, hanesan mos kapital humanu.

 

Konotasan ida ne’e halo diferensiasaun entre servisu na’in sira. Servisu na’in nebe’e matenek ka kapasitadu orienta ka fo’o nia hanoin hodi halo ka hala’o ka produs produtu ida maibe sira mesak la halo no labele hala’o ka produs mesak deít. Sira mos presija ema ka servisu na’in nebe’e simu orientasaun no transforma sira nia hanoin ba realidade ida. Hanesan ejemplu simples ida, arkitektu, halo planta uma ida no engineiru tekniku sivil halo levantamentu fisiku kalkulu no sukat maibe sira rasik de’it la halo. Servisu na’in la matenek no la kapasitadu ho siensia mak transforma arkitetu no engineiru tekniku sivil nia hanoin no sira nia levantamentu sa’i uma nebe’e tuir sira nia planta, hanoin no sukat.

 

Servisu na’in la matenek ka la kapasitadu ho siensia ka kualifikadu akademikamente mak  iha tempu kolonialijasaun portugues, mala’e kulit mutin, hanaran “asulear” ka ho lian  protugues lolo’os dehan “auxiliar”, ema nebe’e servisu saukati de’it ba patraun ka ukun na’in colonial. Lia fuan ida ne’e personalisa iha identidade indivisual no kolektivu ema Timor Oan nebe’e bei-ala sira hanaran nia bei-oan sira “MAU-BERE” no “BUI-BERE”. Mau-bere ho Bui-bere idenfikadu ho “asulear”, kriadu, matros ka ho lian tetun “atan”. Nu’udar atan bele hetan de’it dever atu servi nia patraun iha horas nebe’e de’it no servisu sa de’it maibe la hetan direitu ba nia servisu. Iha okupasaun Indonesia, ema hanaran “buruh kasar” no iha tempu independensia, ita hanaran “trabalhador” ka “servisu na’in” nebe’e ema empregador no ka’er ukun nasaun tenta no deside hodi sukat nia direitu ho horas no servisu nebe’e “buruh kasar” halo ka kontraktu “borongan”. “Buruh kasar”, tanba de’it kondisaun sosio-ekonomiku, presija osan ba sustentu nia familia no nia oan sira nia eskola ka buat seluk tan, haluha rasik sira dieritu ba sira nia servisu rasik. Haluha ka la hatene sira nia direitu fo’o vantage no oportunidade ba ukun na’in sira hodi halo lei nebe’e halakon servisu na’in sira nia direito no empregadores usa lei ne’e hodi hanesan no eksplora servisu na’in sira iha fatin servisu nian. Servisu na’in sa’I marginalizau, alienado, eksploradu no la hetan benefisiu ba sira nia a’an rasik no moris dependente ba lei no patraun sira.

 

Matenek ka kapasitadu ho siensia (titulu akademiku) ne’e invesitmentu nebe’e ema ida halo ba nia a’an rasik ka familia ida haloba nia oan sira. Investimentu katak kuda osan hodi hetan titulu akademiku no hodi titulu ida ne’e, nia buka fali osan hanesan retribuisaun ka halibur hikas osan nebe’e nia investe ona no bele hetan liu tan ne’e. Nune’e mos servisu na’in nebe’e la iha titulu akademiku halo investimentu ba nia a’an rasik iha kbi’it isin no neon hodi transforma ka halo buat foun ida. Servisu na’in nebe’e la iha titulu akademiku, ho nia kbi’it isin no neon buka osan no halibur osan ba nia a’an no nia familia.

 

 

Relasaun entre kapitais

 

Kapital finanseiru no capital material personalizasu ka identifikadu ho ema ka empregador nebe’e halo akumulasaun no konsentrasaun capital. Kapital finanseiru no capital material (rekursu finanseiru no rekursu material) mak sa’I hanesan “acção”, “saham” iha negosiu ka

investimentu ekonomiku. “Acção” ka “saham” hanesan parte ida nebe’e determina desenvolvimentu roda ekonomika iha empreja ka fabrika ida. Iha fatin seluk, kapita humanu, nebe’e iha diferensiasaun tolu:

 

·         rekursu humanu ho titulu akademiku,

·         rekursu humanu ho kualidade

·         habilitadu (skill ka terampil) no rekursu humanu ho kapasidade fisika ka neon moris (servisu na’in, “buruh kasar” ka trabalhador) nebe’e sa’i hanesan parte integral no impresendivel (“tak terpisahkan” ka labele tahu ketak) iha prosesu desenveolvimentu roda ekonomika ka sector empresarial investimentu nian. Kapital humanu ka rekursu humanu bele transforma hanesan “acção” ka “saham” iha sector ida ne’e.

 

Maibe iha pratika, empregadores ka accionista ka “pemegang saham” ka “stakeholders” lakon konsiderasaun katak capital humanu hanesan “acção” ka “saham”. Sira konsidera capital humanu hanesan instrument de produsaun, hanesan makina ika nebe’e servisu sukat ho horas, dala ruma liu horas tuir sira (empregador) nia hakarak.

 

Kapital humanu sa’I hanesan objektu (alat) nebe’e bele servisu hodi hasa’e proveito ka vantage ekonomika ba empegador empresarial.

 

Ema sa’I hanesan makina. A’at so’e ka duni sa’I no hatama fali foun tuir sira (red epregador) nia hakarak. Ema lakon nia estatuto original hanesan sujeito.

 

Transformasaun ema sa’I hanesan objektu ka instrumentu produsaun halakon dignidade ema nian. Servisu na’in sa’I objektu ba empregador. Hanesan de’it objektu maka sevisu na’in sira hatene de’it mak bele produs no obrigadu atu produs liu hodi habokur no hariku empregador.

 

Iha ne’e mak mosu kolapsu relasaun entre empregador ho servisu na’in. Ema la konsidera malu ka foti ema hanesan ema ba balu. Relasaun ema nian sa’I explorador no explorado; opresor no oprimidu; abismu (gap ka jurang) enre riku no kiak do’ok ba nafatin. Ida ne’e mak marsista sira hateten “sistema produsaun kapitalista”, sistema nebe’e obriga ema ka servisu na’in sa’I hanesan objektu hodi produs ho valor nebe’e liu (“over plus value”) hodi halo riku empregador. Ida ne’e antagonism nebe’e mosu iha ita nia sosiedade humana. Ema la hanoin hanesan ema ba ema maibe hanoin oin sa atu usa ema hodi halo riku a’an!

 

Hare’e ba kondisaun ida leten ne’e, mak ami apresenta proposta lei ba kodigo laboral nebe’e aprova tiha ona iha Parlamento Nacional iha tinan kotuk 2012. Maibe iha kodiku elaboral ne’e iha Kapitulu II nebe’e define “prinsipius fundamentais” nebe’e tuir proposta lei apresenta hosi SEPFOPE, iha  Artigo 6,7 no 8 Kapitulu koalia kona “Igualidade iha Servisu, Asedio Sektsual no Trabalho Forsadu” nebe’e tuir ami nia hanoin la’os kestaun fundamental. Tanba ema hotu-hotu iha direitu, tuir konstituisaun, atu hetan servisu maibe la iha ema obrigatoriamente atu halo ka buka servisu; servisu la halo distinsaun entre feto ka mane maibe ita (empregador ka sevisu na’in) tenki konsiente katak iha servisu nebe’e feto ka mane bele halo no labele halo, nune’e mos iha servisu nebe’e feto ka mane bele halo; nune’e mos, servisu forsadu, iha tempo postmoderno ne’e laiha ona. Iha de’it ema ka servisu na’in nebe’e, obrigatoriamente, tenki servisu maka’as tanba kondisaun ka ejisensia ekonomika familia nian ka obrigatoriamente tenki servisu maka’as tuir ejigensia empregador hodi hetan proveito lukru bo’ot ba nia a’an no nia empresa.

 

Tanba la’os kestaun fundamental, ami propoem ba Artigo 6,7 & Kapitulu II, hodi define iha lei “Acção” ka “saham”, hari’i Seguro Nacional no hari’i koperativa ba servisu na’in nebe’e, tuir konseito no prinsipio polítku ida nebe’e reflete lolo’os direitu fundamental serbisu na’in sira atu nune’e sira bele sente na’in ba sa’ida de’it mak sira produs no sente realijadu hanesan ema.

 

Artigu tolu nebe’e ami hateten iha leten basea prinsipius hanesan tuir mai ne’e:

 

1). Pinsipiu  proporsionalidade (“acção” ka “saham” ba servisu na’in).

 

Prinsipiu ida signifika katal kapital tolu nebe’e sa’I hanesan parte importante no integral iha prosesu desenvolvimenu empresaria tensi sukat ho valor “acção” ka “asaham”. Kapital finanseiru no capital material sukat ho valor “acção” ka “saham” ita bele hatene ho nia valor “X” no kapital humanu, maski susar atu sukat ho valor osan maibe bele assume ho valor osan “Y”. Housi valor ida nebe’e mak empregador ho instrument produsaun no servisu na’in konkorda basea ba lei define prevalecidu mak determina partilha valor dividendu tuir proporsaun ida-idak iha ano fiscal empresa ka fabrika ida nian ka ita dehan “annual netro profit”.

 

Partilha dividendu eksklui bens e servisus nebe’e servisu na’in ka empregador no makina produsaun halo iha empresa ka fabrika.  Empregador no servisu na’un hetan salariu ka diak liu, ita bolu “remunerasaun” no makina produsaun hetan manutensaun iha periudu tinan ida. La iha “excuse” “deskulpa” ka “argumentu” katak empregador selu taxa ka selu servisu na’in. Taxa no servisu na’in, kliente mak selu housi produto nebe’e nia hola hola housi produto nebe’e servisu na’in sira halo ka produz iha fabrika ka industria ida ka ema benefisaidor nebe’e simu prestasaun servisu housi empresa ida. Tan presu produtu define ho formula hanesan ne’e: “presu material prima + custu operasional (inkui, servisu na’in nia servisu, manutensaun makina produsaun no buat seluk tan) + taxa + profit margin”.

 

Formula ida ne’e, hatudu katak produto ka prestasaun servisu ida housi fabrika ka industria no empreza nebe’e ka’er projekto konstrusaun la selu taxa ka servisu na’in. Kustu hotu-hotu sobrekarega (tula ba) konsumidor ka benefisiador prestasaun servisu. Tan ne’e margem netto ne’e, mak tenki fahe proporsionalmente entre empregador no servisu na’in katak tuir proporsaun “ácção” ka “saham” nebe’e define ona ka konkorda ona;

 

2). Prinsipiu  seguransa sosial (Seguro Nacional):

 

empresa ka fabrika ka industria ida halo investimentu ho capital nebe’e nia iha hodi garante nia futuo empresa ka fabrika ka industria ninian! Proveito nebe’e empresa ka fabrika ne’e hetan deposita iha banko hoidi garante nia sustentabilida iha futuru. Ne’e realidade ida nebe’e ema hotu la bele nega! Hosi fatin seluk ita husu: Servisu na’in sira nia futuro no nia familia nia futuru atu garante oin sa? Dedikasaun nebe’e nia fo’o a empresa ka fabrika ka industria id abele ka la’e garante nia sustentabilidade futuro servisu na’in nian? Bele ka la’e governo hamutuk ho empresa ka fabrika ka industria bele kria instituisaun ida bele garante sustentabilidade futuru servisu na’in sira nian?

 

Perguntas hirak iha leten, lori ami hodi hateten katak tenki iha lei ida nebe’e tenkii hamosu “Seguru Nacional”, hanesan instituisaun ida nebe’e garante sustentabilidade futuru servisu na’in sira nian. Valor servisu nian la lakon wainhira sira tama ona ida vulneravel ka idoso ka inkapasitadu tanba desastre iha servisu fatin. Tan sa mak lei bele regula pensaun vitalisia ba ema sira nebe’e hetan kareira politika, nebe’e bele prevalese de’it iha tinan lima nia laran no labele estabelese lei ida nebe’e bele regula pensaun vitalisisa ba profesionais servisu nian? Ka ho subsidio ba Terceira idade bele justifika ba pensaun vitalisia? Karik nune’e, valor prestasaun servisu professional durante nia tomak signifika sa ba ita?

 

Problema la’os bele ka la’e, hanoin hetan ka la hanoin hetan! Problema mak ne’e hakarak ka lakohi! Vontade ida ne’e la iha “slogan”: “patria libertada, libertemos o povo” sa’i “slogan” incoerenste, “slogan” politik virtual, “slogan enganador”, “slogan” obskurantismu sosio-politikuekonomiko estrutural, “slogan” bele de’it hamosu no hakean tan abismo entre ema riku no kiak, “slogan” nebe’e sei hakiak no hamosu konflito foun iha ita nia sosiedade no “slogan” ne’e transforma fali “slogan” antagoniko ba “slogan”: Adeus Conflicto, Benvindo Desenvolvimento”;

 

            3). Prinsipiu solidariedade kolektiva (hari’i cooperativa):

 

logika ba sistema produsaun, tuir ita pensamentu normal, konsiste housi kooperasaun mutual housi kapital tolu nebe’e ita koalia iha leten. Kapital finanseiru no capital material mesak la produs buat ida karik la iha involvimentu capital humanu. Kapital humanu mak usa osan no material hodi hala’o sistema produsaun. Makina ho osan halo sistema la’o produtivu, efektivu no efisiente to’o hetan “over plus value” (nilai lebih) ba rendimentu empresa ka fabrika ida nian. Iha parte seluk, kapital humanu bele la’o mesak iha sistema produsaun maibe produktividade, efektividade no efisiensia ki’ik liu ba rendimentu produsaun nian. Sistema produsaun integral ida ne’e hatudu ona kolektividade no interdependensia entre capital tolu ne’e. Iha sistema produsaun kapitalista, ema nebe’e iha osan no material produsaun nian la konsidera interdependensia ida ne’e. Valor capital humanu lakon iha sistema produsaun kapitalista. “Over plus value” ka “nilai lebih” mak sistema produsaun hamosu fo’o benefisiu ka rendimentu bo’ot liu ba ema nebe’e iha osan no material produsaun.

 

Estatuto, capital

 

humanu ka servisu na’in transforma hanesan “instrumento de produção”. Tan  konsiderasaun ida ne’e, tratamentu ba ema ka servisu na’in pior liu kompara ho makina produsaun ida. Osan na’in preokupa liu ba manutensaun periodika ba makina produsaun kompara ho servisu na’in. Osan na’in hatama no duni sa’i servisu na’in tuir sira nia hakarak no lakohi hatene kondisaun servisu na’in moras ka diak, feto ka mane, idade katuas ka klosan. Sala ki’ik ka sala bo’ot servisu na’in halo iha servisu fatin kotu ho “PHK sepihak” (despedida unilateral) ba servisu na’in sem kompesasaun  (tanpa pesangon). Situasaun hanesan mak mosu iha Ita nia rai, Timor Leste. Oin sa atu halakon sistema produsaun eksploradora ida ne’e no fo’o valor ba servisu na’in sira?

 

Tuir ami nia hare’e mak tenki estabelese lei ida kona ba hari’I kooperativa iha servisu fatin nebe’e de’it servisu na’in servisu ba. Empresa ka fabrika ka empregador/a, iha lei ida ne’e nia oko’os tenki hari’I kooperativa hodi kria ambiente “solidariedade social” atu

estabelese relasaun ema ba ema iha servisu fatin nebe’e de’it.

 

Kooperativa ne’e bele apoia ba servisu na’in sira wainhira monu ba susar iha fulan klaran wainhira hala’o hela servisu. Servisu na’in la presija debe osan ka foti sasan iha fatin seluk wainhira nia monu ba susar, moras, selu oan sira nia eskola no buat seluk tan. La iha ema ida lakon (rugi). Empregador la lakon no servisu na’in mos la sente servisu saukati de’it!

 

Oin sa mekanismu atu hari’i no osan mai housi nebe’e?

 

Hanesan hateten iha leten katak kooperativa basea ba prinsipiu solidariedade kolektiva maka ho sensu kolektividade entre empregador no servisu na’in mak define mekanismu atu hari’i no osan mai housi, karik lei estabelese katak “servisu na’in mos iha direitu ba “acção” ka “saham” iha empresa ka fabrika ida” maka bele sa’I hanesan capital inisial hodi hari kooperativa. Kooperativa, karik hari’i duni, mak konotasaun no hahalok hodi transforma “servisu na’in hanesan instrumentu produsaun iha sistema produsaun kapitalista” hahu’u lakon no valorijasaun ema nian hahu mosu. Iha ne’e mak bele hamosu sosiedade nebe’e, ho lian Indonesia, “masyarakat madani”, sosiedade moris diak, sosiedade solidaria ho meta final hari sosiedade justa no fraternal (iha edisaun tuir mai ita sei koalia liu tan kona ba kooperativa! Hein ….)

 

Relasuan entre Lei, Empregador no Servisu Na’in Intereses empregador no servisu na’in, iha nasaun ida, regula ho “lei”.

 

Se mak halo ka estabele lei?

 

Basea ba se’e no ba sa mak estabele lei?

 

Iha nasaun nebe’e rejime autoritario mak ukun, lei mosu housi grupo elite ki’ik nebe’e ukun hodi hametin sira nia kbi’it ukun nian ba ema seluk. Intereses grupo ki’ik nebe’ ukun, tanba de’it lakohi lakon sira nia kbi’it ukun ka lakohi ema seluk la bele kontra sira nia intereses, sira usa lei hodi fo’o “sansaun” ba ema no proteje sira nia a’an.

 

Kontexto ida ne’e, mak ema marxistas sira hateten: “estadu ne’e manifestasaun real kbi’it grupo ka elite minoria hodi hanehan ema barak (maioria explorada)”. Iha nasaun nebe’e rejime sosisal demokratika no semi-autoritario mak ukun, elite ki’ik nebe’e ukun, buka estabelese lei atu harmonija intereses entre klase social nebe’e iha. Prinsipiu harmonijasaun intereses entre klase obriga elite ki’ik nebe’e ukun hodi bolu hamutuk intereses nebe’e diferentes iha klase social hodi tu’ur hamutuk hodi halo lei. Iha nasaun nebe’e rejime demokratiko popular mak ukun, grupo ka elite ki’ik nebe’e povu mak hili no fo’o fiar hodi ukun halo ka estabelese lei nebe’e representa interese maioria hasoru interese minoria nebe’e hakarak hanehan ka explora maioria.

 

Iha Timor Leste, rejime nebe’e mak ukun, parsialmente, mak rejime social demokratika (sosdem) maibe hare’e diak, nasaun Timor Leste laiha ka sei dauk iha sistema ka rejime fixu ida. Produto lei hotu-hotu mak vigora iha nasaun ida ne’e atu defende lo’os interese se nian, ita la hatene (karik ema nebe’e hatene lei bele koalia diak liu). Maibe koalia kona ba lei ka kodigo laboral, nebe’e oras ne’e submete hele ba debate Komisaun H Paramento Nacional, reflete rejime social demokrata, tanba ita nia governo liu housi Sekretariadu Estata Formasaun Profisional, halo reuniaun tripartida entre representante governo, empresario no servisu na’in hafoin hatama proposta lei ba Parlamento Nacional.

 

Representa ka la’e, interese servisu na’in ka “maioria oprimida” housi reuniaun tripartida ne’e? Tuir ami nia hare’e, iha rejime sosdem, barak liu mosu, “se mak usa se” atu hametin interese klase ida nian! Lei ka proposta lei representa liu interese empregador kompara ho servisu na’in sira. Representante povo nian iha governo ka representante servisu na’in (dominante liu, ema dehan “buruh kuning” ka “kaki-tangan empregador”, “pseudo-empregador” nebe’e halo nian a’an hanesan servisu na’in) hare’e de’it housi aspektu satisfasaun superficial no fiisiku servisu na’in nian.

 

Sira la hare’e aspektu seguransa, sustentabilidade no desenvolvimentu ema nian iha futuru ba nia a’an rasik no nia familia sira. Hanesan ejemplu, koalia kona ba “salariu Minimu Regional”, representante sira koalia liu kona ba ka konta de’iit ba servisu na’in ida gasta ba nia a’an rasik iha fulan ida maibe haluha tiha katak servisu na’in ida la servisu ba nia a’an de’it, nia servisu ba nia familia, inan-aman no oan sira karik sei ki’ik oan ka bebe’e hela, karik nian sira eskola hela, karik nia fen kaben ka inan aman hetan susar isin nian (moras)! Nune’e mos la hanoin, karik servisu na’in ida katuas ka hetan desastre ruma iha servisu fatin nebe’e la permite nia atu servisu, oin sa atu moris diak iha tempu ikus mai!

 

Ho perspektiva ida ne’e mak ami apresenta kontra proposta ba lei ka kodigo laboral nebe’e tama ona iha debate Komisaun H Parlamento Nasional (le’e iha proposta ba lei ka kodigu laboral iha ed. ida ne’e).

 

Tuir ami nia hare’e, karik lei representa duni interese “maioria explorada”, proposta nebe’e apresenta tenki tau iha konsiderasaun iha reuniaun tri-partida no hetan apoio hosi Komisaun H PN no bele aprova hanesan lei nebe’e sei vigora iha Timor Leste.

 

Ema balu hateten katal proposta ne’e todan no susar atu implementa! Karik lei ne’e implementa duni mak ema barak sei la mai Investe iha Timor Leste! A’at ema balun hateten: “Timor sei dauk bele”! Ita barak hare’e ho matan malahuk no afirma katak desenvolvimentu iha Timor Leste oras ne’e dau-daun tanba ema investor sira investe iha Timor Leste! Ne’e precepsaun ida sala! Investimentu fisiku lolo’os (investasi murni fisik) iha Timor Leste sei dauk iha. Agensia servisu nian hosi aspektu prestasaun tekniko (“investor” jual jasa tekniku) mak barak iha ne’e! Barak liu mos ita hanaran “makelar”, lori projektu buka osan housie ma nebe’e iha capital finanseiru no capital material!

 

Agensia sira ne’e usa sira nia osan ho material ka usa ema seluk nia osan ho material hodi mai buka osan iha Timor Leste! Ema hotu hatene katak Timor Leste riku osan mai housi nia riku soi rai okos nian. Osan Timor Leste nian mak bolu ema barak mai iha ne’e. Sira la’os mai investe ka mai ajuda Timor Leste. Sira mai buka osan barak iha ne’e! Desenvolvimentu iha Timor Leste la’os lori osan investor nian, osan povu nian mak estadu gere hodi halo desenvolvimentu. Ita la hatene osan hira mak ema nebe’e ita dehan, entre aspas “investores” lori sa’I hosi Timor Leste loron ida? Sirculasaun osan iha Timor Leste hira no iha fatin nebe’e? Karik keta iha Dili, Baucau no Maliana de’it? Ponto de vista uit oan iha leten lori ita atu hare’e diak atu la bele afirma katak ema seluk housi rai liur nebe’e iha osan ka iha material mak bele desenvolve ita nia rain no labele duvida ho Timor oan nia kapasidade!

 

Timor Leste mos bele! Situasaun ida susar liu iha Timor Leste, tinan 450 kolonialismu portugues no tinan 24 okupasaun, ita bele hakat liu ho kapasidade ki’ik nebe’e barak skeptiku, inklui ita nia ukun nai balun, tansa sa oras ne’e, ita nia nasaun osan barak no ho osan bele sosa instrumentu produsaun no bele kapasita nia ema rasik ho nia osan rasik, ita sei duvida nafatin??? Karik osan ita fahe ba malu de’it ka fo’o hodi halo kontente ema de’it ka sosa ema nia votu politiku de’it mak riku soin ita iha la soin ba buat ida! Ita tenki halakon mental “kolonijasu”, mental “orang yang dijajah”! Rasismu estrutural tenki

lakon iha ita nia rain.

 

Konsistente ba ita kompromisu politiku libertador ba ita nia povu, Povu Mau-Bere, produto lei ka projektu lei sa’a de’it, inklui projektu lei ba kodigo laboral tenki tau interese povu, maiora “oprimida” iha leten. Investor mai ka la mai, Timor Leste no nia povu tenki moris ba nafatin!

 

Timor Leste riku tebes. Kestaun mak gerensia! Administrador ka lider nebe’e diak la duvida ho nia povu rasik no ho nia povu halo ka estabelese lei hakotu ema se de’it nebe’e hakarak harahun no halo atan ba nia estadu no nasaun hamutuk ho nia povu tomak.

 

Doben le’e na’in, liu-liu, servisu na’in no ema nebe’e hakarak ho laran “Timor oan sa’I na’in ba nian rasik”, karik loke pajina hirak ne’e, la bele hare’e de’it katak liu fuan hirak la’o tuir dalan lo’os ka kompletu ona!

 

Buat barak tebes mak sei dauk hateten iha laran! Deskripsaun iha leten bele de’it loke iha nia hanoin no bele ajuda ita atu tahu iha praktika, ita kompromisu politiku ka imperativu politiku “liberta povu”. Servisu na’in sector ka kamada social ida nebe’e, ita tenki tau iha nia konsiderasaun katak sertor ida ne’e mak actor real no sentral ba desenvolvimentu fisiku nasaun ida nian! Laiha servisu na’in, sei la iha empresa ka fabrika no la iha projektu! Hametin servisu na’in nia estatuto, ita hametin desenvolvimentu!

 

Sektor ida tan mak ita barak haluha mak sertor ka kamada social ida nebe’e ita hanaran “agrikultor”. La iha ema ida nega katak maioria populasaun Timor Leste nian, povu ida nebe’e moris ho agrikultura. Hanesan agrikultor, nia tenki iha rai nia atu servisu ba. Rai ka “tanah” ne’e komponente importante ba agrikutor. Agrikultor nebe’e la iha rai, la’os agrikutor maibe muda naran, tuir Indonesia nia lian “buruh tani”, agrikultor nebe’e sa’i hanesan servisu na’in ba ema ne’e iha rai.

 

Topiku “rai ba agrikultor” ka “tanah untuk tani”,  ami sei koalia barak no loke perspektiva ba kamada social ida ne’e atu oin sa “sa’i na’in ba nia rain rasik”. Atu remata, ami hakarak hato’o ba doben le’e na’in sira. katak imi nia hanoin sa de’it ka kritik kona ba sa de’it iha artigo ida ne’e  harekek nain agredece bo’ot! Imi nia hanoin no kritika bele ajuda hakerek nain diak liu tan no ajuda ita nia povu atu bele proteje ka defende sira nia direitu rasik! Ita koalia ka hakerek kona ba sira nia direitu maibe servisu na’in ka to’os na’in (agrikultor) sira mak tenki hamrik hodi luta ba sira nia direitu. Obrigado